Lihat ke Halaman Asli

khoirul ikhsan

Masyarakat biasa

Dilematis Generasi Z, Generasi Multi Potensi tetapi Juga sebagai Public Enemy

Diperbarui: 16 Juli 2024   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilematis bagi Gen Z, di satu sisi sebagai generasi multi potensi di sisi lain sebagai public enemy. (pict by Unplash)

Menjadi bagian dari Generasi Z adalah sesuatu yang membanggakan sekaligus menyedihkan. Generasi Z juga mempunyai tanggung jawab atas apa dan bagaimana masyarakat memberikan stereotip menyanjung bahkan menjatuhkan Generasi Z itu sendiri.

Sebagai seorang yang termasuk Generasi Z dipandang masyarakat dari secara langsung ataupun bukti nyata sebagai generasi yang memiliki  berbagai potensi (lekat dengan perkembangan teknologi, adaptif, dan multi potensi) tetapi punya sisi lain dan berbanding terbalik dengan berbagai potensi tadi. 

Jika dianalogikan sebuah koin yang mempunyai dua sisi, Generasi Z disatu sisi memiliki potensi yang patut dibanggakan dilain sisi tak lepas dari kekurangan atau sisi lemahnya.

Hilangnya “Esensi Manusia” Tenggelam dalam Kemajuan.

Kongkrit dari sisi lemahnya Generasi Z terbentuk dari fenomena apa yang ada hari ini. Semisal dengan adanya kemajuan teknologi seseorang menjadi ketergantungan terhadap teknologi dan produknya.  Sesuatu yang paradoks. 

Dengan hadirnya kemajuan teknologi, berbagai segmen kehidupan manusia yang terbantu, dan percepatan serta akses informasi begitu menyebar kilat akan tetapi semakin kesini berdampak menghilangnya esensi manusia dan memerangi karakter-karakter yang semestinya ada pada diri manusia dan perlu dipertahankan  eksistensi dan perannya.  

Hal ini sejalan kritik Don Tapscott mengenai sisi gelap Generasi Z  yakni kurangnya etika yang positif, kurang pengetahuan moral, dan kurang peka terhadap realita sosial yang ada. Sisi gelap Generasi Z ini menurut Don Tapscott yang membedakan dengan generasi sebelumnya.

Hidup berdampingan dengan kemajuan teknologi, kemudahan akses terhadap berbagai informasi berdampak membentuk karakter baru Generasi Z sebagai “generasi instan” dan terkesan kurang menghargai proses. 

Berbeda dengan generasi sebelum-belumnya dimana kehidupannya belum terjamah oleh kemajuan teknologi dan cenderung tradisonalis serta manual sehingga proses seringkali menjadi sesuatu esensial dan dibutuhkan kesabaran untuk sampai pada hasil atau pencapaian.

Bukti nyata dari kurang menghargai proses pada kebanyakan Generasi Z bisa diamati apa dilihat perilaku kesehariannya. Menikmati musik atau tiap muter musik ingin segera masuk atau dengerin bagian reff atau bagian yang disukai, menonton tv atau movie dipercepat ke bagian yang disukai, tidak sabaran dengan iklan walaupun hanya beberapa detik saja serasa menunggu bermenit-menit bahkan berjam-jam adalah secuil bukti bahwa dibalik gemilangnya Generasi Z dibaliknya atau disisi lainnya terdapat kelemahan-kelemahan yang paradoks dengan kelebihannya ketimbang generasi sebelum-sebelumnya.

Mengandai-andaikan Idealnya Generasi Z

Jika mengandai-andaikan kondisi ideal Generasi Z yang terbenak di kepala serta melihat realita yang ada terkait kemajuan dan dampak teknologi membantu di berbagai segmen kehidupan serta pola asuh dari generasi-generasi sebelumnya yang menjunjung tinggi etika dan menghargai proses sebagai ciri orientasinya. 

Maka sintetis dan generalisasi dari kemajuan teknologi dan pengaruh pola asuh dari generasi-generasi sebelum Generasi Z idealnya Generasi Z lahir sebagai generasi yang unggul, cekatan terhadap teknologi, santun perilakunya, baik etos kerjanya serta lebih menghargai proses.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline