Lihat ke Halaman Asli

khoirul ikhsan

Masyarakat biasa

Kunci Ketenangan Hidup: Fokus pada Apa yang Bisa Kita Kendalikan

Diperbarui: 16 Juni 2023   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar by Freepik

Kunci ketenangan hidup: Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan.

Yang namanya hidup di dunia pasti heterogen akan kejadian atau peristiwa, baik itu kejadian atau peristiwa yang menyenangkan, menggembirakan atau malah sebaliknya, yakni mengharukan dan menyedihkan. 

Pernah gak sih kalian  melakukan effort semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan tapi hasil akhirnya adalah gagal, tidak sesuai, dan kecewa pastinya. 

Kalau kalian pernah atau sedang di fase ini, saya akan sedikit sharing mengenai dikotomi kendali yang beberapa bulan ini saya temukan dari buku Filosofi Teras karya om Henry Manampiring dan esensi dari buku ini saya terapkan di kehidupan dan berdampak baik juga pada ketenangan dalam hidup.

Dikotomi Kendali

Sederhananya dikotomi kendali adalah pemahaman soal bagaimana kita dalam kehidupan ini harus bisa membedakan antara mana hal yang bisa kita kendalikan dan mana hal yang tidak bisa kita kendalikan. 

Dan yang paling sering terjadi adalah emosi negatif seperti sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan yang lainnya timbul ketika kita mengkhawatirkan tentang hal yang sebenarnya tidak bisa kita kendalikan. 

Contohnya ketika saya mengikuti SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Test) untuk masuk kampus yang selama ini diinginkan, hal yang bisa saya kendalikan adalah berusaha dan belajar supaya lolos test dan masuk ke kampus yang diinginkan, tapi perihal lolos test atau keterima di kampus yang diinginkan bukan lagi ada di dalam kendali. Jadi seharusnya tidak perlu memikirkan hal-hal diluar kendali kita atau kurang baik juga kalau sampai overthinking.

Semua peristiwa atau kejadian itu bersifat netral

Sebenarnya semua peristiwa atau kejadian itu bersifat netral akan tetapi respon kita terhadap peristiwa atau kejadian itu yang membuat positif atau negatif. Seperti yang dikatakan Epictetus bahwa bukan kejadian atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi pertimbangan, pikiran, atau persepsi akan kejadian atau peristiwa tersebut. 

Sebagai contohnya ketika saya gagal SNBT dan peluang masuk kampus idaman hilang, sebenarnya ini netral, saya gagal di SNBT tidak akan mempengaruhi masa depan saya, dan kesuksesan tidaklah mutlak digapai lewat bangku perkuliahan, jadi gagal SNBT untuk masuk kampus idaman adalah sesuatu biasa-biasa saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline