Jangan masukin anak mu di madrasah ibtidaiyyah!!!
Kalo dimasukan ke madarasah ibtidaiyyah mau jadi apa?
Mereka adalah petarung yang bertarung hingga titik darah penghabisan.
Kalimat yang lumrah di telingga, saat anak kita menginjak usia 7 tahun yang siap untuk bersekolah. Mungkin kalimat itu akan terucapkan, entah dari keluarga, tetangga, ataupun teman.
Kalimat tersebut mungkin tidak berlaku lagi di Dusun Begawan Kecamatan Jabung. Kalimat tersebut sudah basi di telingga masyarakat setempat, bahkan SDN negeri kalah bersaing dengan Madrasah Ibtidaiyyah dalam menarik minat para Ayah. Mungkin stigma tersebut sudah terpatahkan oleh realita yang dilihat oleh masyarakat setempat khususnya para Ayah.
Hal yang menarik saat berkunjung ke Dusun Begawan ialah terdapat Langgar di setiap RT-nya. Dengan banyaknya Langgar di setiap RT-nya membuat para Ayah berfikir untuk menyekolahkan Anaknya. Dimana lingkungan sudah mendukung dengan banyaknya Langgar.
MI Bani Ro’uf berdiri sekitar tahun 87. Gus Said selaku perintis membuat sekolah agar anak genarasi bangsa belajar agama dan dunia. Cukup menarik jika kita melihat perintis mengajar karena yang menjadi guru adalah orang Gila yang sembuh dan belajar dengan Gus Said.
Saat itu MI gratis tanpa pungut biaya hingga Mulai bayar tahun 2006 sebesar 5 ribu perbulan. Naik menjadi 15 ribu di tahun 2020. Hal tersebut tidak menjadi halangan bagi masyarakat yang tidak mampu untuk ikut bersekolah di MI. MI tidak akan memungutnya biaya bagi masyarakat yg tidak mampu.
Uang tersebut tidak digunakan untuk menggaji para guru, melainkan untuk membeli buku pelajaran Anak-Anak di MI tersebut. Hal ini selaras dengan tujuan utama Gus Said yang mendirikan MI. Dimana Gus Said hanya mengharapkan pahala dan ridho dari Allah. Niat dan tujuan Gus Said tersebut masih menetap dihati para Guru yang mengajar hingga saat ini.
Nama Bani Ro’uf sendiri diambil dari perintis yaitu Gus Said. Yang menarik dari MI tersebut ialah para tenaga pengajar berasal dari keluarga Gus Said sendiri hingga sekarang.
Bahkan menurut penuturan alumni MI yang melanjutkan ke Jenjang lebih tinggi, mengakui berat rasanya membayar untuk bersekolah diluar, dibandingkan saat bersekolah di MI Bani Ro’uf.
Untuk mencapai titik ini, diperlukan perjuangan yang sangat hebat dan kuat. Salah satu cara yang dilalui ialah dengan meningkatkan kualitas pengajar sehingga bisa mencetak anak didik yang berkualitas pula dan bisa bersaing di manapun ia berada. Memperbanyak kegiatan ekstrakurikuler yang dimanati oleh anak-anak Ekstrakurikuler yang ada di madrasah diantaranya ialah: dramband, pagar nusa, pramuka, Qiroah. Oleh karena itu, MI Bani Ro’uf bisa bersaing Seperti saat ini.
Mulanya MI Bani Ro’uf kalah bersaing dengan SDN Negri. Sejak 2010 hingga saat ini, pandangan masyarakat mulai berubah terhadap MI bahkan sudah berubah sepenuhnya. Mata pelajaran antara dua sekolahan tidak jauh berbeda, namun sudah selayaknya MI, mata pelajaran keagamaan lebih banyak dibandingkan dengan SDN Negeri.
Dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh Anak-Anak MI dengan memenangkan lomba-lomba yang diadakan baik tinggak Kecamatan maupun Kabupaten, Hal ini lah yang membuat pandangan masyarakat terhadap stigma lulusan Madarasah tidak dapat bersaing sirna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H