Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Bariyah

Ibu rumah tangga

Nastar Enak yang Selalu Dicari

Diperbarui: 15 Mei 2020   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nastar aneka bentuk | http://www.thekitchenheaven.com


Lebih suka beli kue atau bikin sendiri? Yang pertama tentu lebih praktis, sedangkan yang kedua bisa lebih hemat. Bagaimana tidak, harga setoples kue kering bisa berlipat-lipat dari bahan dasarnya. Namun, ada jerih payah, bakat, serta kualitas yang harus kita hargai dari penjualnya. Dari pada bikin sendiri, belum tentu berhasil, capek, habis waktu dan juga tenaga.

Dahulu, setiap menjelang lebaran, setiap orang seperti berlomba-lomba membuat kue kudapan untuk tamu yang biasanya membludak ketika lebaran tiba. Suasana hangat dan penuh kebahagiaan saat hari raya Idul Fitri, melebur semua salah dan khilaf antar sesama, serta saling kunjung bergantian dari rumah ke rumah, menjadi alasan untuk mempersiapkan ruangan tamu dengan sebaik-baiknya. Termasuk di antaranya adalah menyediakan suguhan terbaik, baik berupa kue kering ringan, aneka minuman, hingga makanan berat yang khas, seperti opor, dan lain-lain.

Zaman berubah. Membuat kue sudah menjadi ladang bisnis bagi sebagian orang. Dan sebagian lagi yang merasa tidak memiliki bakat, atau yang tidak memiliki waktu untuk membuatnya, merasa hadirnya para penjaja kue ini seperti malaikat. Ada saat dibutuhkan.

Fenomena ini membuat keseruan membuat kue di tiap rumah menjadi berkurang. Apalagi dengan datangnya pesaing kelas berat dari jenis suguhan lain yang dianggap lebih menarik dan diminati, seperti permen dan kue-kue bermerk yang diolah dari pabrik. Kue kering homemade dianggap hanya menarik di tampilan, tetapi tidak menarik di lidah. Itu pun menjadi salah satu alasan lainnya.

Meski demikian, tetap ada kelebihan yang bersisa dari kue yang kerap hadir ketika lebaran. Serasa ada kenangan terselip di setiap gigitannya. 

Apa saja kue khas lebaran di daerahmu? Masing-masing daerah tentu memiliki ke-khas-an tersendiri. Namun, yang paling saya tunggu ketika lebaran adalah kue nastar, khususnya nastar buatan ibu mertua. Bagaimana tidak? Sebelumnya saya sama sekali tak suka nastar, tapi berkat nastar buatan beliau, saya sekarang jadi penggemar kue yang lazimnya berbentuk bulat dengan isian selai nanas itu. Saat ini, aneka bentuk kue nastar sudah menjadi kreasi tersendiri. Namun, bentuk yang unik dan menarik itu terkadang malah membuatnya sayang untuk dimakan.

Tahun lalu, bahkan heboh viral sebuah artikel yang menceritakan tentang seorang tamu yang menghabiskan setoples nastar milik tuan rumah. Menegur jelas bukan pilihan yang dianjurkan, sebab apa pun yang ada di meja tamu adalah sudah menjadi hak para tamu. Namun, membiarkan setoples nastar habis dalam sekali duduk juga bukan perkara mudah untuk mengikhlaskan. Hal ini menuai pro dan kontra antara menghujat si tamu yang tak tahu diri, atau menyalahkan tuan rumah yang pelit, suka mengumbar aib, dan lain-lain. Seharusnya, sebagai netizen yang baik, mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus tersebut tentu lebih bijak daripada saling menghujat dan menyalahkan.

Memang, nastar yang lembut di lidah selalu menggoda selera, hingga tangan kita kompak dengan mulut untuk selalu mengambil butir demi butir, lagi dan lagi, dan tanpa sadar yang tersisa pun tinggal toplesnya. Untuk itulah tahun ini, lebaran yang dihantui pandemi, saya tetap vote NASTAR sebagai kue favorit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline