Masyarakat Indonesia wajib mengetahui bahwasanya negara ini terkenal memiliki berbagai macam suku bangsa dan agama. Meskipun masih banyak perbedaan dari latar belakangnya, kita sebagai bangsa indonesia sudah seharusnya hidup rukun dan saling bertoleransi. Karena dengan hidup seperti ini indonesia akan menjadikan negara yang aman dan tentram.
Menghormati keberadaan agama yang berbeda-beda, bisa dilakukan dengan cara berkunjung dan belajar ke lokasi ibadah berbagai agama Seperti yang saya lakukan beberapa waktu lalu yaitu berkunjung ke tempat ibadah agama konghu cu yang berada di kota malang.
Pada hari minggu 14 maret 2020 saya pergi bersama beberapa orang teman ke sebuah klenteng Eng an kiong yang lokasinya berada di jalan R.E. Martadina, Kedungkandang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, atau lebih tepatnya berada di dekat pasar besar malang, di kawasan kota lama malang. Klenteng tersebut merupakan rumah ibadah bagi masyarakat tionghoa yang memeluk kepercayaan agama konghucu, bangunan ini didominasi oleh warna merah pekat yang merupakan sudah ciri khas dari tempat rumah ibadah konghucu.
Ketika berada dilokasi, saya bertemu dengan salah satu rohaniwan agama konghucu yang bernama bapak bunsu anton triyono yang berasal dari malang beliau merupakan bagian humas diklenteng tersebut yang bertugas untuk melayani para tamu terutama kepada mahasiswa yang ingin belajar dan mengetahui semua hal tentang agama konghucu.
filsafat klenteng
Patut diketahui penyebutan nama klenteng berasal dari bahas jawa murni bukan dari bahasa asing. sebab orang jawa dalam membuat nama paling mudah berdasarkan bunyinya saja. Karena agama konghucu memanggil umatnya dengan cara memakai lonceng yang bunyinya " teng-teng-teng" maka dari itulah disebut kata klenteng.
Tempat ibadah agama ini menghadap ke arah barat sama dengan rumah ibadah umat muslim, tetapi bukan merupakan kiblat. Sebuah tempat ibadah klenteng diseluruh dunia didirikan berdasarkan posisinya yaitu bersandar pada daerah yang tinggi (semeru) dan menghadap ke daerah yang lebih rendah (batu)
Bangunan ini didominasi dengan warna merah yang bukan merupakan simbol komunis, melainkan warna merah disini adalah simbol filosofi kehidupan, bahwa tuhan yang maha esa menciptakan manusia diseluruh dunia hidupnya didukung dengan darah yang berwarna merah.
Toleransi beragama di indonesia
Sebagai masyarakat indonesia yang berbangsa dan beragama kita diharuskan hidup secara harmonis, saling mendungkung antar masyarakat yang lain. Dari pandangan agama konghucu hidup rukun diibaratkan dengan jari jemari kita yang nama dan tugasnya berbeda- beda dari jempol sampai kelingking. Namun setiap saat harus saling rukun dan bersinergi