Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Atmono

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu

Bank Indonesia dalam Menghadapi Perekonomian Global di Tahun 2024 Mendatang

Diperbarui: 11 Desember 2023   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tujuan dari Bank Indonesia adalah mencapai stabilitas nilai rupiah,memelihara
stabilitas sistem pembayaran,dan turut menjaga stabilitas sistem keuangan dalam rangka
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut,Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter seara bekelanjutan, konsisten,
transparan dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian. Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan
moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Dengan isu yang beredar,sejumlah resiko dan ketidakpastian perekonomian global akan
terus berlanjut di tahun 2024. Seperti kondisi perekonomian disebagian negara Eropa
melemah, dipicu oleh dampak eskalasi ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina. Berbagai
perkembangan tersebut semakin menaikkan ketidakpastian pasar keuangan global dan
mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif. Tekanan nilai tukar di negara
berkembang meningkat, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi
risiko rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

Apa saja resiko tersebut? Dan bagaimana jurus bank indonesia menjaga ketahanan
ekonomi nasional ke depan?
Berikut ini adalah lima resiko perekonomian global yang akan di hadapi oleh bank
indonesia:
1. Pertumbuhan ekonomi lebih lambat disertai divergensi anatarnegara yang melebar.
Hal ini akan menghasilkan situasi di mana beberapa negara atau wilayah berkembang
dengan cepat sementara yang lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih lambat atau
bahkan negatif. Divergensi ini bisa memiliki dampak yang signifikan seperti
Kesenjangan Ekonomi, Ketimpangan Sosial dan Politik, dan Ketidakstabilan Pasar
Keuangan.

2. Terjadinya disinflasi di negara maju.
Disinflasi di negara maju merujuk pada situasi di mana tingkat inflasi menurun, tetapi
tidak mencapai tingkat deflasi (penurunan umum dalam tingkat harga). Sebagai contoh
Jepang yang telah mengalami disinflasi dalam beberapa dekade terakhir.

3. Suku bunga kebijakan negara maju yang tinggi untuk waktu yang lama.
BI harus menaikkan suku bunga acuannya karena kondisi sekarang sudah jauh berbeda
dibandingkan periode 2021-2022, hal ini mengikuti kenaikan kebijakan suku bunga The
FED.

4. Feomena Cash Is The King.
pentingnya likuiditas atau uang tunai dalam mengelola keuangan, memanfaatkan
peluang, dan menjaga stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian atau dalam situasi
yang memerlukan akses cepat terhadap dana.

5. Kuatnya Dolar AS.
Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia sering mengambil langkah-langkah
kebijakan untuk mengatasi dampak dari fluktuasi nilai tukar dolar AS. Mereka dapat
menggunakan cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,
menyesuaikan kebijakan suku bunga, atau bahkan melakukan intervensi langsung di
pasar valuta asing untuk mengontrol nilai tukar.

Meskipun banyak resiko di atas,Bank Indonesia terus berupaya agar stabilitas ekonomi
terjaga,pertumbuhan ekonomi tinggi,inklusif dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, untuk
mencapai tujuan tesebut Bank Indonesia memiliki arah respons kebijakan nasional sebagai
berikut:

1. Sinergi Kebijakan Fskal Pemerintah Dan Kebijakan Bank Indonesia.
Keselarasan antara kebijakan fiskal pemerintah dan kebijakan moneter Bank Indonesia
sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan
makroekonomi yang diinginkan, seperti pertumbuhan yang berkelanjutan, stabilitas
harga, dan keseimbangan eksternal. Sinergi ini memungkinkan kedua lembaga tersebut
untuk saling mendukung dalam mencapai sasaran yang sama bagi perekonomian
negara.

2. Sinergi Kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Sinergi dalam kebijakan KSSK sangat penting karena sistem keuangan yang stabil
adalah prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kolaborasi yang
baik antara lembaga-lembaga terkait dapat memperkuat pengawasan, mengurangi
risiko-risiko sistemik, dan merespons potensi krisis dengan lebih efektif.

3. Akselerasi Digital Ekonomi Dan Keuangan Negara.
Seperti implementasi kebijakan QRIS Tarik Tunai, Transfer, dan Setor Tunai
(TUNTAS) bersama dengan industri serta Implementasi uji coba QRIS antarnegara
dengan Singapura.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline