Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, yaitu sebagai khalifah di bumi, yang di dalam dirinya ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta. Manusia mempunyai kecenderungan kepada kebaikan dan keburukan. Tetapi semua akan kembali kepada hakekatnya sebagai manusia, jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.
Di dalam QS Fatir : 39 yang artinya “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.” Ayat tersebut di samping menjelaskan kedudukan manusia di alam raya ini sebagai khalifah dalam arti yang lain juga memberi isyarat tentang perlunya sikap moral atau etika yang harus ditegakkan dalam melaksanakan fungsi ke khalifahannya itu. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, Allah telah memberikan kepada manusia seperangkat potensi (fitrah) berupa aql, qalb, dan nafs. Namun demikian, aktualisasi fitrah itu tidaklah otomatis berkembang, melainkan tergantung pada manusia itu sendiri.
Al-Qur’an dalam memperbincangkan manusia menggunakan empat nama yaitu al-Insan, al-Basyar, al-Nas dan Bani Adam.
- Al-Insan digunakan untuk menggambarkan keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Dengan demikian kata al-Insan mengandung makna akan keunikan manusia. Sebab, di samping manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan, ia juga memiliki sifat-sifat keterbatasan.
- Al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti membutuhkan makan, minum dan lain sebagainya.
- Al-Nas menunjukkan manusia sebagai makhluk social, menyebabkan terjadinya interaksi dan komunikasi antara sesama manusia.
- Bani Adam menunjukkan bahwa manusia keturunan dai Nabi Adam as, dan pengakuannya kepada Tuhan. Manusia diistimewakan dari makhluk lain dan dijamin keselamatannya bila ia mematuhi aturan penciptanya.
Uraian tersebut dapat menggambarkan secara jelas bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan fisik dan psikis. Agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan diberikan pendidikan yang seimbang.
Pendefinisian yang dinyatakan Allah SWT dalam Al-Qur’an dengan menyebut manusia dengan istilah di atas, memberikan gambaran akan keunikan serta kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H