Lihat ke Halaman Asli

Menyoal Isu Childfree di Indonesia: Sebuah Pro dan Kontra

Diperbarui: 10 Februari 2023   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Childfree banyak dipilih oleh pasangan muda. (Freepik/atlascompany via kompas.com)

Narasi mengenai childfree yang akhir-akhir ini menjadi kontroversi dan diperdebatkan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. 

Childfree atau tidak memiliki anak merupakan pilihan untuk tidak memiliki anak (childfree). Lebih lanjut didefinisikan sebagai pilihan pasangan yang telah menikah untuk memutuskan tidak menginginkan anak sama sekali, baik biologis maupun adopsi.

Pada kenyataan sejarahnya, individu yang childfree telah diakui dalam literatur setidaknya sejak tahun 1970-an (Neal & Neal, 2021). 

Sementara isu childfree mulai dibicarakan masyarakat di Indonesia utamanya pada media sosial ketika salah satu pemengaruh atau influencer serta feminis Indonesia, Gita Savitri, mengungkapkan kepada masyarakat atas keputusannya dengan suaminya, Paul Andre Partohap, untuk memilih childfree. 

Kemudian figur publik lain seperti Cinta Laura dan Andrea Gunawan juga mengungkapkan opininya terkait hal ini. Masyarakat pun memicu berbagai respons perdebatan baik pro maupun kontra dengan narasi childfree ini.

Ada beberapa aspek yang dibincangkan dalam isu ini. Pertama, mengenai pertimbangan finansial dan karir. Pasangan yang memilih childfree didasarkan atas isu finansial dan karir. 

Individu yang memilih childfree memiliki persepsi yang terbentuk pada sudut pandang ini adalah kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dan biaya hidupnya. Oleh karena biaya yang cukup mahal inilah yang kemudian dipertimbangkan oleh pasangan childfree.

Sementara untuk untuk isu karir, identifikasi dilakukan kepada non-orang tua (yang memilih childfree) biasanya akan lebih terkonsentrasi pada pekerjaan profesional dan manajerial, lebih berpendidikan tinggi, lebih cenderung tinggal di daerah perkotaan, dan menjunjung nilai liberal tentang peran gender dibandingkan pasangan dengan anak  (Blackstone & Stewart, 2012). 

Untuk perempuan childfree, pilihan untuk tidak menjadi orang tua sering dikaitkan dengan keinginan untuk mengembangkan karir yang berarti. 

Lebih lanjut, laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai yang tidak memiliki anak menyebutkan tingginya biaya membesarkan anak dan keinginan untuk fleksibilitas finansial sebagai hal yang penting dalam keputusan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline