Lihat ke Halaman Asli

Dr Khoe

Dosen Universitas Pelita Harapan, Kepala pengembangan Matematika dan sains Springfield Jakarta

Filsafat Hegel dan Pendidikan Kristen

Diperbarui: 27 Desember 2021   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat Hegel dan Pendidikan Kristen

Dr. Khoe Yao Tung, M.Sc.Ed., M.Ed.

          Georg Wilhelm Friedrich Hegel dilahirkan di Stuttgart tahun 1770. Ia adalah seorang filsuf yang menghabiskan sebagian besar hidupnya menjadi pendidik. Kariernya dimulai dengan menjadi guru privat  yang kala itu sudah menjadi profesi pendidik yang umum antara tahun 1794 dan 1800 di Bern, Swiss, Frankfurt dan Main. Pada tahun 1799, ia bekerja dengan Schelling di Jena, setelah menghabiskan waktu satu periode sebagai asisten profesor, ia menjadi profesor di Hedelberg. Pada tahun 1816, Hegel diangkat sebagai profesor filsafat di Universitas Heidelberg, dan guru besar filsafat di Universitas Berlin pada tahun 1818 sampai kematian mendadaknya akibat kolera pada tahun 1831.      

          Sebenarnya tema fundamental filsafat Hegel adalah pendidikan walaupun tidak membahas tema langsung pendidikan dalam kaitan teori, praktik atau metode pedagogis. Namun membahas konsep pendidikan melalui konsep bildung (pembentukan, pembangunan atau budaya) yang dapat diterjemahkan dalam banyak konteks  pada pendidikan. Bagi Hegel, istilah tersebut mengacu pada pengembangan diri dengan demikian Bildung dapat dianggap bagian dari proses kehidupan entitas spiritual manusia, masyarakat, tradisi sejarah. Proses bildung seseorang tidak  terjadi melalui penyampaian informasi dari seorang guru namun melalui 'pengalaman'. Ketika dialog dngan mengajukan konflik yang terjadi, manusia menemukan identitas atau kediriannya dengan mengaktualisasikan kedirian itu sendiri.

          Menurut Hegel pembangungan pengalaman bildung dibedakan dari 'pengasuhan' (erziehung) orang tua kepada anak dan  seorng pendidik kepada seorang murid. Adapun tujudan dari kedua proses tersebut untuk memperdalam pemikiran yang universal. Tujuan pendidikan adalah pengasuhan, yang memungkinkan anak menjadi sadar atau untuk dirinya sendiri, apa yang sudah ada dalam dirinya sendiri atau untuk  menjadi orang dewasa yaitu makhluk rasional atau spiritual. Tetapi karena anak pada dasarnya atau dalam dirinya sendiri adalah makhluk rasional, seluruh proses bildung pada dasarnya merupakan aktivitas mental yang mengarahkan diri sendiri, dengan perolehan dari stimulus lingkungan, atau akumulasi informasi yang disajikan oleh pengalaman. Lebih lanjut Hegel mengangap pendidikan harus merupakan proses hidup melalui suatu disiplin mental yang membentuk manusia spiritualitas, bermoral, berbudaya, dan rasional.      

          Aktivitas mental dan pengasuhan bildung menghasilkan dialektika konflik yang mempertentangkan suatu pernyataan tesis dan suatu pernyataan antitesis menjadi pernyataan sintesis. Dalam tahap berikutnya sintesis akan menjadi pengertian tesis dalam proses dialektika berikutnya. Tesis tersebut  dipertemukan lagi dengan antitesis menjadi pernyataan sintesis berikutnya dan seterusnya menjadi tesis, yang akan menghasilan pengertian yang lebih matang dari sebelumnya.

          Dalam merumuskan teori-teori pendidikannya, Hegel banyak dipengaruhi oleh idealisme dan romatisisme Rousseau. Dalam konteks penyampaiannya, Hegel menyatakan bahwa pendidikan harus dapat diterapkan dalam institusi negara dan bagi negara, karena hanya melaluinya proses pendidikan dapat mentransmisikan aktivitas mental yang menyatakan tesis yang bermanfaat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan adalah untuk memberi kemanfaatan dalam hal-hal tersebut, yaitu untuk memahami kesatuan manusia dengan jiwa universal. Bagi Hegel, proses mental dalam pendidikan harus tercermin dalam kurikulumnya melalui berbagai materi pelajaran dan logika.  Ia berpendapat logika akan berguna untuk melatih disiplin mental, aktivitas mental dan rasilonal, karena anak secara alami merupakan makhluk rasional. Belajar harus bersifat spontan melalui tesis dan antitesis untuk mencapai sintesis termasuk penggabungan antara motivasi dan disiplin sekolah.

Prinsip pendidikan Hegel

          Dalam proses pembelajaran aktivitas mental (pikiran) guru dan roh dari murid akan dapat terjalin bersama dengan prinsip pengetahuan sehingga proses pembelajaran meliputi aktivitas mental, tesis, antitesis dan sintesis. Bagi Hegel aspek spiritualitas seseorang akan memengaruhi banyak hal dalam hidupnya. Hegel memulai dengan 'kesadaran alam', dan berusaha menghadirkannya dalam serangkaian bentuk atau formasi (gestalten), yang masing-masing mengalami proses dialektis pengalaman, mentransformasikan dirinya ke dalam bentuk berikutnya. Selanjutnya setiap bentuk kesadaran dicirikan oleh dua fitur atau "momen" mendasar, yang dicirikan oleh Hegel sebagai keberadaan sesuatu untuk kesadaran, atau pengetahuan dan keberadaan dalam dirinya sendiri dari hal yang sama ini, yang disebut "kebenaran". Dengan kata lain, kesadaran memiliki konsepsi tentang apa itu mengetahui realitas, dan juga konsepsi tentang sifat realitas yang harus diketahui.

          Secara umum, gagasan-gagasan Hegel dalam dunia pendidikan dalam penjelasan bildung dapat dijabarkan dalam prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip pendidikan yang membangun hidup masyarakat yang bermoral (education is the art of making man moral). Pendidikan dapat dipandang sebagai transendensi, yang didalamnya terdapat potensi moral. Untuk mencapai ketinggian moral yang esensial seseorang harus menjunjung tinggi moral universal dan hidup pada lingkungannya yang pada akhirnya, seseorang akan mencapai keutamaan mendapatkan moral melalui pendidikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline