Lihat ke Halaman Asli

KHOERUNNISA

Mahasiswa

Memiliki Keterbatasan Penglihatan dan Pendengaran, Inilah Kisah Pilu Nenek Rasinah

Diperbarui: 16 Januari 2024   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Dokumen Pribadi

Di sebuah desa kecil yang berlokasi di Desa Tambi, Kabupaten Indramayu, hidup seorang wanita berusia 75 tahun, beliau bernama Rasinah atau lebih akrab dipanggil dengan panggilan Sintul. Di balik usianya yang rentan, terdapat kisah pilu tentang kehidupan yang tak lepas dari kesendirian.

Nenek Rasinah, hidup tanpa kehadiran seorang anak atau saudara dan ia telah kehilangan suaminya sejak lama. Kesendirian telah menjadi sahabat setianya, sebuah kenyataan yang menemani setiap langkahnya dalam menjalani kehidupan.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti asupan makanan, Nenek Rasinah hanya menerima bantuan dari tetangga terdekat. Dahulu, Nenek Rasinah mencari nafkah dengan susah payah dari hasil ngasak padi dan mencari daun semanggen yang dijadikan rumbah untuk dijualnya. Namun, seiring dengan kondisi keterbatasan penglihatannya yang kian memudar, serta pendengarannya yang sudah mulai berkurang, sekarang ia hanya bisa duduk dan berbaring saja. Keadaan dengan keterbatasannya tersebut membuatnya tidak dapat mendukungnya untuk mencari nafkah atau beraktivitas lain yang dapat dilakukannya.

Tantangan besar yang ia hadapi sebagai seorang yang tinggal sendirian adalah kesulitan untuk berinteraksi akibat keterbatasan yang ia miliki. Kesendirian menjadi sebuah beban yang berat bagi Nenek Rasinah.

Namun, di tengah keterbatasan dan kesendirian, Nenek Rasinah menemukan kekuatan dalam keyakinannya bahwa hidup merupakan pilihan Tuhan. Keyakinan ini memunculkan dorongan dan keberaniannya dalam menghadapi segala tantangan hidup yang ia jalani. Dia adalah contoh nyata bahwa kesedihan bukan penghalang untuk tetap hidup dengan penuh semangat.

Tetangga-tetangga sekitar menjadi sinar terang di tengah kegelapan kesendirian. Mereka memberikan bantuan berupa makanan setiap hari untuk nenek Rasinah dan tempat tinggal yang ia tempati saat ini merupakan tanah pemberian salah satu tetangga. Pembangunan rumahnya telah dibantu oleh pemerintah desa dan juga donasi dari berbagai lembaga seperti Baznas dan komunitas sosial lainnya.

 Dokumen Pribadi

Di tengah kesulitan hidup yang ia jalani, naasnya beberapa minggu yang lalu rumah Nenek Rasinah  tertimpa pohon karena badai besar. Untungnya, pihak desa langsung merespon dengan cepat dalam memberikan bantuan perbaikan. Dalam proses renovasi, salah satu tetangga terdekat nenek Rasinah pun memberikan tempat tinggal sementara untuknya.

Kisah hidup Nenek Rasinah menjadi cerminan dari keberanian dan ketabahannya menjadi seseorang yang menjalani kehidupan di usia senja, di mana kesendirian menjadi bayang-bayang yang tak terpisahkan. Meskipun ia menghadapi banyak tantangan, terdapat sinar harapan berasal dari bantuan dan kepedulian dari lingkungan atau masyarakat sekitar yang sangat berarti baginya. Semoga kisah Nenek Rasinah dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu membantu dan peduli terhadap sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline