AKULTURASI NILAI DAN BUDAYA DALAM SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN
Oleh: Khoerul Wahyudin
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di negeri ini. Pesantren juga menjadi tempat tumpuan dan sebagai peran untuk dapat memberikan solusi terhadap problematika kehidupan yang dihadapi masyarakat. Pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang masih konsisiten pada pengabdian yang tulus untuk memajukan peradaban bangsa dan negara. Pesantren mempunyai ciri khas pendidikan tersendiri berbeda dengan pendidikan yang ada di luar pesantren. Pendidikan dan pendalaman pada pesantren adalah pemahaman terhadap agama yang menjadikan salah satu ciri khas yang paling menonjol. Ciri lain dari pendidikan pondok pesantren adalah nilai dan moral yang relegious, keteguhan dalam memelihara dan melestarikan budaya yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga hal ini menjadi aset penting yang sangat dijunjung tinggi di dalam pesantren.
Setelah memahami hal diatas bahwa begitu pentingnya dalam memahami akultutasi nilai-nilai dan budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam pada pendidikan di pondok pesantren. Pendidikan dalam pesantren harus memiliki sinergi antara nilai dan bidaya pada proses pendidikan yang kemudian akan menghasilkan paradigma baru tanpa menghilangkan unsur-unsur pokok dalam pendidikan tersebut.
Pondok pesantren pada saat ini setidaknya memiliki karakteristik pendidikan yang harus di kedepankan baik itu dari segi ilmu teori, lebih-lebih dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik tersebut mencakup beberapa hal diantaranya sebagai berikut.
Pertama, Ikhlas merupakan bentuki ketulusan dan kepasrahan hati dalam melaksanakan sesuatu hanya berharap akan bersamaan dengan ridla Allah semata. Ikhlas disini adalah sebagai kunci utama dalam belajar karena dalam ikhlas mengandung energi positif yang dapat mengantarkan pada posisi yang saling menguntungkan dan seorang yang sudah memiliki rasa ikhlas maka dia akan melakukan pekerjaan apapun baik itu belajar maupun mengajar akan mengantarkan pada suasana menyenangkan. Karakter yang kedua adalah tawadhu' (rendah diri/hati). Tawadhu' dapat diartikan sebagai sifat rendah diri dan lemah lembut. Rendah diri dalam belajar menempatkan semua murid pada posisiyang sama dan tidak memiliki rasa lebih unggul antar yang satu dengan yang lain, semuanya memiliki kesempatan yang sama dengan keterampilan yang berbeda. Karakter ketiga adalah amanah. Amanah adalah awal terbentuknya sebuah kepercayaan antara guru dan murid. Jika antara guru dan murid masing-masing terbentuk rasa tanggung jawab antara posisi sebagai pendidik dan anak didik, maka proses belajar mengajar akan menjadi optimal dan menyenangkan.
Karakter keempat adalah jujur. Karena kejujuran adalah bagian dari meluruskan motivasi seseorang dalam belajara dan mengajar, maka harus ada i'tikad baik dengan niat yang lurus untuk menggali dan memperdalam ilmunya Allah untuk menjadi yang shaleh dan bijak dalam segala hal. Karakter kelima adalah qona'ah. Qona'ah adalah menerima apa adanya. Peserta didik dalam melakukan proses belajar dan guru sebagai pendidik/mengajar akan menerima terhadap sesuatu hal yang akan dialaminya, hal ini merupakan salah satu faktor terbentuknya kenyamanan pembelajaran dalam kelas. Guru dan murid akan melahirkan satu kondisi dan iklim bathin dan emosi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar.
Keenam dalam berlaku adil. Sebagai peserta didik harus lah mempunyai perilaku yang adil, karna dalam kehidupan nyata perilaku adil sangat lah dibutuhkan oleh setiap orang. Maka dari itu seorang gurupun harus memiliki perilaku adil ketika dalam proses mengajar. Bukan semata-mata dia orang kaya, keturunan ningrat atau kyai sehingga diperilakukan istimewa di kelas. Seharusnya semua yang ada di kelas sebagai guru harus memperilakukan anak didik dengan sama rata (adil). Jika ada peserta didik yang memiliki kemampuan yang kurang harus mendapatkan perhatian yang lebih. Jika seorang guru telah menerapkannya maka akan sukses dalam menyampaikan materi senyara menyeluruh dan baik.
Ketujuh adalah sikap toleran. Toleransi bukan hanya sekedar hubungan saling menghargai antar sesama manusia saja, akan tetapi menjalin hubungan baik dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Dalam praktek pembelajaran di pesantren, toleransi antara sesama peserta didik dan toleransi antara guru dan murid. Menjamin hak-hak anak didik untuk dapat mengenyam dan menerima informasi dalam posisi setara yang datang dari guru tanpa adanya unsur paksaan penting dilakukan demi menjaga knowledge transformation berjalan dengan baik.
Kedelapan adalah jihad. Jihat merupakan sebagai perjuangan dengan mengerahkan segenap kemampuan jiwa dan ragawi dalam menggapai sesuatu. Dalam konteks pembelajaran, jihat merupakan upaya bentuk kesadaran yang terbuka di mana potensi yang dimiliki peserta didik dapat dirangsang dan dinyalakan agar menjadi optimal.
Tugas sebagai guru adalah menyalakan obor potensi peserta didik dengan memfasilitasi apa yang dibutuhkannya dalam menggali kemampuan/bakat yang ada pada peserta didik, sehingga peserta didik akan merasakan senang dan nyaman dalam melakukan proses belajar. Kesembilan adalah uswatun hasanah (keteladanan).
Sikap keteladanan merupakan sikap positif yang bisa setiap orang lakukan/didemonstrasikan dalam kondisi apa pun. Apa lagi seorang guru harus memberikan contoh suri tauladan yang baik, baik dalam bertutur kata dalam menyampaikan informasi maupun dalam bentuk tindakan di depan dan di belakang murid. Keteladanan ini penting untuk menjaga marwah dan martabat sebagai pendidik dan dunia pendidikan. Apalagi hadirnya Islam ke dunia ini dan diterima dengan baik oleh manusia karena salah satu metode penyebarannya adalah dengan uswatun hasanah. Kesepuluh mandiri (independence). Sebagai seorang santri seharusnya memiliki sifat kemandirian agar dapat membiasakan diri dalam senangnya belajar dan mendalami ilmu-ilmu yang ada di pesantren. Kemandirian belajar dalam pendidikan pesantren biasanya sudah menjadi program pesantren yang dikenal dengan istilah muthala'ah. Dari pembiasaan kemandirian ini akan menjadikan siswa sadar akan indahnya ilmu.