Lihat ke Halaman Asli

Asyiknya Penguatan Karakter Tidak Sombong pada Siswa SD melalui Cerita Burung dan Semut

Diperbarui: 20 Desember 2024   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Asyiknya Penguatan Karakter Tidak Sombong pada Siswa SD melalui Cerita Burung dan Semut. dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pada suatu hari, ada seekor burung yang sangat suka makan semut. Setiap kali ia lapar, ia terbang rendah dan mematuk semut-semut kecil yang berjalan berbaris di tanah. "Aku kuat dan hebat," pikir burung itu, "semut-semut kecil ini tak bisa melawanku!" Namun, waktu terus berjalan. Burung itu menua dan akhirnya meninggal. Tubuh burung jatuh di tanah dan mulai membusuk. Apa yang terjadi? Semut-semut kecil yang dulu dimakannya datang bergerombol. Mereka memakan tubuh burung itu sedikit demi sedikit.

Cerita ini mengajarkan bahwa hidup selalu berubah. Saat ini, mungkin kita merasa kuat dan berkuasa. Tetapi, suatu saat keadaan bisa saja berbalik. Karena itu, jangan pernah meremehkan atau menyakiti makhluk lain. Kita harus bersikap baik dan rendah hati kepada siapa pun, karena waktu lebih kuat dari kita semua. Bersikap baik itu penting!

Dasar Teori

Pembelajaran berbasis cerita (story-based learning) merupakan salah satu pendekatan efektif dalam pendidikan karakter. Menurut Bruner (1990), cerita dapat membantu siswa memahami nilai-nilai abstrak melalui alur yang konkrit dan bermakna. Dalam pembelajaran karakter, cerita berfungsi sebagai sarana refleksi, memungkinkan siswa untuk mengaitkan pengalaman pribadi dengan pesan moral yang disampaikan.

Selain itu, pendekatan ini selaras dengan kurikulum yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan penguatan karakter, seperti nilai "beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia."

Data Pendukung

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani et al. (2021) menunjukkan bahwa penggunaan cerita dalam pembelajaran karakter meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai moral sebesar 35% dibandingkan dengan metode ceramah. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menyebutkan bahwa 78% siswa SD lebih mudah memahami nilai-nilai karakter melalui cerita interaktif dibandingkan dengan penjelasan abstrak.

Integrasi dalam Pembelajaran

Kelas dan Mata Pelajaran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline