OLEH: Khoeri Abdul Muid
Adipati Jayakusuma dan rombongannya tiba lebih awal di arena pertandingan.
"Ya, inilah Gua Blenderan, Kanjeng Adipati. Di dalam gua ini ada sungainya. Itu muaranya," ujar Kendhuruan, sambil menunjuk ke arah sungai di dalam gua. "Pada waktu-waktu tertentu, tempat ini sering digunakan untuk bertapa rendam oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kesaktian. Nanti, Kanjeng, ambil posisi di tenggara sana."
Adipati Jayakusuma mengangguk, kemudian bertanya, "Siapa yang memasang tambang itu, Rama?"
"Hmmm, itu hasil kerja anak-anak dari Pulo Upih. Supaya tidak mencurigakan, kita pergi dulu meninggalkan tempat ini. Jika Sekeber sudah tiba, kamu bisa menyusulnya," jelas Kendhuruan.
"Baik, Rama," sahut Jayakusuma patuh. Ia lalu beralih memanggil seorang kepercayaannya, "Penjaringan!"
"Siap, Kanjeng Adipati," sahut Patih Penjaringan dengan hormat.
"Kamu yang saya tugaskan menyambut kedatangan Sekeber di Gua Blenderan ini. Kemarin, siapa yang kamu tugasi mengabarkan tantangan saya kepada Sekeber?"
"Saya perintahkan Kawula Pangisepan, Kanjeng Adipati. Ia telah melaksanakan tugasnya tiga hari lalu. Dan Sekeber telah menyatakan kesiapannya bertanding sesuai waktu yang Kanjeng tentukan."
"Baik. Saya dan Rama Kendhuruan akan meninggalkan arena ini dulu."