Lihat ke Halaman Asli

Wara-Wara di Tengah Badai

Diperbarui: 28 November 2024   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Kampus megah dengan gedung-gedung modern di antara pohon-pohon rindang. Mahasiswa berlalu-lalang, membawa semangat muda. Suasana yang biasanya damai berubah menjadi arena pertempuran moral.

"Dengar baik-baik!" Suara dari toa tua di atap gedung rektorat menggema, mengalahkan kebisingan mahasiswa yang sibuk berdiskusi.

"Perhatian, semua mahasiswa diwajibkan hadir di aula besar jam dua siang. Ada pengumuman darurat dari rektorat."

Di sudut taman kampus, Nara dan Alif, dua mahasiswa Filsafat yang dikenal sering skeptis terhadap birokrasi kampus, saling berpandangan.

"Darurat? Ini pasti sesuatu yang gawat," gumam Nara sambil mengaduk kopi kalengnya.

"Entahlah. Biasanya sih nggak jauh-jauh dari beasiswa atau fasilitas kampus yang rusak," jawab Alif cuek.

Tepat pukul dua siang, aula besar penuh sesak. Mahasiswa, dosen, dan staf kampus hadir, wajah mereka menyiratkan rasa ingin tahu sekaligus tegang. Di atas panggung, Rektor Dharma berdiri dengan raut wajah yang serius, mengenakan setelan jas abu-abu yang membuatnya terlihat semakin berwibawa.

"Teman-teman sekalian," suaranya berat tapi tegas, "Saya ingin menyampaikan hal yang sangat penting. Dalam hidup, ada tiga hal yang utama."

Semua terdiam, menunggu dengan saksama.

"Yang pertama adalah berbuat baik. Yang kedua adalah berbuat baik. Dan yang ketiga..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline