Lihat ke Halaman Asli

Keledai dalam Cermin

Diperbarui: 25 November 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pagi itu, suara lonceng kecil di pintu kafe berbunyi ketika Aldo masuk. Wajahnya dihiasi senyum—topeng yang selalu ia kenakan. Di sudut kafe, Nia sudah menunggu dengan secangkir kopi di tangannya. Sahabatnya itu mengangkat alis begitu Aldo mendekat.

“Sudah datang, Dalang Hebat?” ejek Nia sambil menyelipkan senyuman.

Aldo tertawa kecil. “Aku bukan dalang. Aku cuma memastikan semua berjalan sesuai rencanaku.”

“Dan gagal total?” goda Nia lagi.

Tawa Aldo terputus. Ia baru saja kehilangan pekerjaannya. Tapi bukannya introspeksi, ia sibuk menyalahkan orang lain—tim yang malas, rekan kerja yang lamban. Kali ini, bahkan ia tahu, alasan itu tak cukup untuk membela diri.

Nia memandangnya dengan tatapan tajam. “Ada yang aneh hari ini. Kau terlihat gelisah.”

“Tidak ada apa-apa,” elak Aldo, menyesap kopinya.

“Benarkah?” Nia meletakkan cangkirnya. “Aldo, aku tahu ada sesuatu. Jangan bohong.”

Aldo terdiam, merasa terpojok. “Aku dipecat,” gumamnya akhirnya. “Tapi, itu bukan salahku sepenuhnya. Timku terlalu malas dan tidak kompeten.”

Nia mengangkat alis, lalu bersandar di kursinya. “Oh, begitu? Atau mungkin kau yang terlalu sering lepas tangan?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline