Lihat ke Halaman Asli

Ketawa Ala Raja Arab

Diperbarui: 20 November 2024   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bu sinta nuriyah. detik.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Soal nasib, meski bagai langit- bumi. Ponco dan Silo merupakan teman berkelindan. Teman sinorowedi. Teman securahan hati.

Berlatarbelakang yang lain. Pendidikan Ponco mandeg sampai jenjang SMA. Sementara Silo berkesempatan mengenyam ilmu di IKIP Yogyakarta hingga S-3.

Beruntung mereka bekerja dalam lingkungan yang sama. Silo meskipun masih muda sudah dipercaya menjadi asisten Bupati. Sementara Ponco, pasukan Satpol PP. Sehingga hampir saban hari pasca-bekerja. Ponco dan Silo mengistiqomahkan kebiasaan lama. Kongko-kongko. Ngopi-ngopi. Tapi no smoking.

Sebenarnya, saat di SD, rangking Ponco lebih baik dari Silo. Sehingga meski senjang taraf pendidikannya, tapi Ponco mampu mengimbangi Silo saat bergulat pikir dalam 'guyon maton' mereka.

Ya. Mereka sering berdiskusi soal apa saja. Se-mood mereka.

Asiknya, dua-duanya hoby membaca buku-buku tebal dan menulis di blog "Nitizen_Bersatu".

Ponco dan Silo duduk di sebuah warung kopi sederhana, diapit suara jangkrik dari kejauhan dan aroma kopi hitam yang mengepul. Mereka berbagi cerita di bawah temaram lampu minyak.

Ponco: (tertawa kecil, menatap langit malam) "Silo, kau tahu nggak? Gus Dur itu memang beda kelas. Bayangkan, Raja Arab yang terkenal dingin dan jarang senyum saja dibuat tertawa terbahak-bahak olehnya."

Silo: (mengangkat alis penasaran, meletakkan cangkirnya) "Hah? Serius? Apa yang Gus Dur katakan sampai bisa bikin Raja Arab ngakak? Bukannya beliau terkenal serius?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline