Lihat ke Halaman Asli

Hati yang Terasing

Diperbarui: 19 November 2024   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. pivabay.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah universitas ternama, seorang dosen filsafat muda bernama Pak Sandi sedang menghadapi mahasiswanya. Hari itu, ia memutuskan memberikan kuliah yang berbeda dari biasanya.

"Teman-teman, jawab dengan jujur," ujar Pak Sandi. "Apa yang paling penting dalam hidup?"

"Kesuksesan!" jawab Yudi, mahasiswa paling cerdas di kelas.
"Pekerjaan bergaji tinggi," tambah Nina, mahasiswa yang bercita-cita menjadi CEO.
"IPK cum laude, Pak," kata Raka dengan yakin.

Pak Sandi mengangguk pelan. "Baik. Sekarang saya ingin kalian melakukan sesuatu. Di depan kelas ini ada tiga kotak. Isinya berbeda, tapi kalian hanya boleh memilih satu."

Di atas meja terdapat tiga kotak besar. Kotak pertama bertuliskan Prestasi, kotak kedua bertuliskan Kekayaan, dan kotak ketiga bertuliskan Empati.

"Pilihlah dengan hati-hati. Isinya akan menentukan pelajaran hari ini."

Satu per satu, mahasiswa maju. Sebagian besar memilih kotak Prestasi atau Kekayaan. Ketika kotak-kotak itu dibuka, isinya adalah setumpuk kertas berisi tugas berat, simbol kerja keras tanpa henti. Namun saat kotak Empati dibuka oleh Zahra, isinya hanya sebuah cermin kecil.

"Kenapa cermin, Pak?" tanya Zahra bingung.

"Karena empati dimulai dengan mengenali diri sendiri," jawab Pak Sandi. "Tapi kalian jarang memikirkan itu, kan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline