Lihat ke Halaman Asli

Kurikulum Deep Learning, Menyongsong Era Baru Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 6 November 2024   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apakah metode pembelajaran yang ada saat ini benar-benar menciptakan pemahaman mendalam dan keterampilan nyata bagi siswa?

Di tengah berbagai kritik terhadap Kurikulum Merdeka dan program pendukungnya, Kurikulum berbasis Deep Learning yang digagas oleh Prof. Abdul Mu'ti muncul sebagai alternatif yang mendalam dan inovatif. 

Kurikulum ini menitikberatkan pada tiga pilar utama: Mind Full Learning, Mining Full Learning, dan Joy Full Learning, yang menekankan pemahaman konten, relevansi praktis, dan pengalaman belajar yang bermakna bagi setiap siswa. Mari kita cermati lebih jauh elemen-elemen ini dan dasar teoretis serta data yang mendukung efektivitasnya.

Mind Full Learning: Diferensiasi Pembelajaran untuk Keberagaman Siswa

Dalam Mind Full Learning, pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik unik dan kebutuhan individual siswa. Berdasarkan teori diferensiasi pembelajaran oleh Carol Ann Tomlinson, strategi ini menekankan bahwa guru perlu mengenali keragaman latar belakang, minat, dan kemampuan siswa agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi setiap individu. Riset menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa sebesar 24% (Tomlinson, 2001).

Di Indonesia, keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi memengaruhi cara siswa belajar dan menyerap informasi. Dengan pendekatan ini, Kurikulum Deep Learning memungkinkan guru memahami konteks siswa secara mendalam dan menyesuaikan pembelajaran agar lebih efektif. Program ini bertujuan mengatasi masalah generalisasi dalam pendidikan yang sering kali tidak mempertimbangkan kebutuhan individual siswa dan berfokus pada metode satu ukuran untuk semua.

Mining Full Learning: Memahami Relevansi dan Manfaat Materi Pembelajaran

Mining Full Learning mendorong siswa untuk memahami tujuan dan relevansi praktis dari setiap materi pembelajaran. Berdasarkan teori konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky dan dikembangkan oleh Deci dan Ryan dalam Teori Self-Determination, keterlibatan aktif siswa dalam memahami tujuan pembelajaran dapat meningkatkan motivasi intrinsik mereka. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengerti relevansi materi memiliki 30% lebih tinggi motivasi untuk belajar secara mendalam dibandingkan dengan yang hanya belajar secara hafalan.

Pendekatan ini mengatasi salah satu masalah utama dalam pendidikan Indonesia, yaitu kecenderungan fokus pada penguasaan konten tanpa mengaitkannya dengan penerapan praktis di kehidupan sehari-hari. Melalui Mining Full Learning, siswa tidak hanya belajar fakta, tetapi juga memahami konteks yang membuatnya relevan dengan kehidupan mereka, menciptakan keterkaitan yang kuat antara pembelajaran dan kenyataan yang dihadapi siswa sehari-hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline