Lihat ke Halaman Asli

Mengupas Filosofis Merdeka Belajar, Apakah Mengikuti Langkah Ki Hajar Dewantara?

Diperbarui: 29 Oktober 2024   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

logo kementerian pendidikan.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Merdeka Belajar telah menjadi landasan reformasi pendidikan di Indonesia, dirancang untuk mendorong kemandirian belajar dan kreativitas siswa.

Namun, konsep ini mendapat kritik dari beberapa tokoh pendidikan, termasuk Prof. Abdul Mu'ti, --- (sekarang, Mendikdasmen), yang menyoroti perbedaan antara filosofi Merdeka Belajar yang diusung pemerintah pada saat itu, dengan nilai-nilai pendidikan yang diamanatkan oleh Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia (detikEdu, Jumat, 25 Okt 2024 18:00 WIB).

Mu'ti mempertanyakan apakah konsep ini benar-benar sesuai dengan prinsip pendidikan yang ditanamkan oleh Dewantara atau malah melenceng dari makna "merdeka" dalam filsafat pendidikan aslinya.

Mengapa Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Penting?

Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sarana membebaskan jiwa, bukan sekadar membekali keterampilan atau pengetahuan akademis.

Dalam pandangan Dewantara, pendidikan harus membantu anak menemukan jati diri, merdeka dalam berpikir, dan memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial.

"Merdeka" dalam konteks ini bukan hanya tentang kemandirian belajar, tetapi juga tentang kebebasan berkepribadian dan berkebudayaan dalam konteks masyarakat yang harmonis.

Pendekatan ini sejalan dengan teori pendidikan humanistik yang diusung oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow, yang menempatkan individu sebagai pusat dari proses pembelajaran dan melihat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai aktualisasi diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline