Lihat ke Halaman Asli

Jumenengan dan Pelantikan, Apa Makna di Balik Peralihan Kekuasaan?

Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Dalam sejarah panjang dan kaya budaya Indonesia, dua momen bersejarah sering menjadi sorotan: jumenengan dan pelantikan. Meskipun keduanya menandai peralihan kekuasaan, keduanya terjalin dalam dua dunia yang sangat berbeda, masing-masing dengan makna dan keindahan tersendiri. Dalam refleksi ini, kita akan menjelajahi dimensi politik, hukum, filsafat, dan sosial budaya yang melingkupi kedua peristiwa tersebut.

Jumenengan, upacara penobatan raja, adalah sebuah ritual yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan simbolisme. Dihadirkan dalam balutan budaya Jawa yang megah, jumenengan berlangsung di keraton dengan segala kemewahan dan keanggunan. Dalam suasana yang khidmat, raja baru diangkat bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai wakil ilahi yang mendapatkan mandat dari para leluhur. Dalam prosesi yang melibatkan doa, sesaji, dan tarian tradisional, setiap langkah dan gerakan memancarkan makna mendalam---sebuah pengukuhan yang melampaui batas fisik, menghubungkan dunia nyata dengan alam spiritual.

Dari perspektif filsafat, jumenengan mengajarkan kita tentang konsep legitimasi dan tanggung jawab yang melekat pada kepemimpinan. Dalam tradisi ini, kekuasaan bukan sekadar atribut yang dapat diperoleh, tetapi merupakan amanah yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran dan kehormatan. Pemimpin dianggap sebagai penghubung antara dunia manusia dan yang ilahi, menggarisbawahi betapa pentingnya etika dan moralitas dalam kepemimpinan.

Di sisi lain, pelantikan adalah perwujudan modern dari transisi kekuasaan, berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasi yang mengedepankan keadilan dan keterwakilan. Hari ini, saat Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik sebagai presiden dan wakil presiden, kita menyaksikan sebuah momen yang monumental, di mana sumpah jabatan diucapkan dengan penuh tanggung jawab. Dalam suasana resmi yang diselenggarakan di gedung MPR, pelantikan ini tidak hanya menjadi momen bagi mereka yang terpilih, tetapi juga milik seluruh rakyat Indonesia. Disiarkan secara langsung ke seluruh pelosok negeri, pelantikan ini mencerminkan kehendak rakyat dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Dalam konteks hukum, pelantikan adalah pengakuan resmi yang diatur oleh konstitusi, menegaskan bahwa kekuasaan harus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang adil dan transparan. Setiap pengucapan sumpah adalah komitmen untuk menghormati hukum dan menjalankan tugas dengan integritas. Momen ini menjadi titik awal perjalanan baru, di mana Prabowo dan Gibran diharapkan membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Ini adalah pengingat bahwa kekuasaan sejati bersumber dari rakyat, dan setiap langkah yang diambil akan berdampak pada kehidupan mereka.

Namun, dalam konteks sosial budaya, pelantikan juga menggugah kesadaran kita akan keragaman dan kompleksitas masyarakat Indonesia. Dalam masyarakat yang beraneka ragam, pemimpin tidak hanya harus peka terhadap tuntutan politik, tetapi juga memahami dinamika sosial yang ada. Pelantikan Prabowo dan Gibran, sebagai simbol harapan, harus mampu merangkul semua elemen masyarakat dan memberikan ruang bagi partisipasi aktif dalam proses pembangunan.

Meskipun jumenengan dan pelantikan muncul dari latar belakang yang berbeda, keduanya memiliki satu kesamaan: keduanya merupakan pernyataan kekuasaan dan harapan. Jumenengan melambangkan kesinambungan tradisi dan legitimasi spiritual, sementara pelantikan Prabowo dan Gibran menegaskan kekuatan rakyat dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. 

Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, keduanya berdiri megah, mencerminkan perjalanan budaya dan demokrasi yang tak terpisahkan, serta menunjukkan betapa pentingnya peralihan kekuasaan yang berlandaskan pada kepercayaan dan harapan masyarakat. Dalam kesadaran kolektif ini, kita diajak untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan, tanggung jawab, dan partisipasi dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline