Lihat ke Halaman Asli

Susuk Dada Ayam

Diperbarui: 18 Oktober 2024   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dada ayam. (PEXELS/ alleksana )

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apakah mungkin seseorang menggunakan susuk hanya demi potongan ayam dada? 

Malam itu, Reza duduk di meja kerjanya yang berantakan dengan buku-buku dan kopi dingin yang sudah setengah habis. Matanya menatap layar ponsel dengan rasa frustrasi. "Ayam lagi, ayam lagi," gumamnya. Dalam dua minggu terakhir, setiap kali ia memesan makanan melalui aplikasi, potongan ayam yang ia terima selalu bagian paha. Padahal, di kolom catatan, ia selalu menulis dengan jelas, "Dada ayam, tolong. Dada aja, jangan paha."

Namun, entah kenapa, permintaannya selalu tak digubris. Bagian paha yang lembut dan juicy memang menjadi favorit banyak orang, tapi tidak bagi Reza. Baginya, dada ayam lebih pas, lebih serat, dan lebih puas saat disantap bersama nasi hangat.

"Hari ini tidak boleh gagal lagi!" tekadnya, sambil membuka aplikasi pesan antar makanan. Kali ini ia mencoba strategi baru. Di kolom catatan, ia mengetik dengan keyakinan penuh, "Dada ayam. Saya pakai susuk. Kalau dikasih paha bisa fatal."

Reza tertawa kecil melihat catatan konyolnya itu. Dia tahu betul apa yang dia tulis, tapi kali ini dia ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Siapa tahu trik ini bekerja.

Beberapa menit berlalu, pesanan pun masuk ke dapur virtual restoran ayam cepat saji langganannya. Di sisi lain kota, seorang karyawan shift malam di restoran itu, Andi, mengangkat pesanan Reza. Andi membaca catatan itu dengan alis terangkat, tak percaya apa yang ia baca.

"Pakai susuk? Bisa fatal kalau paha? Astaga, apa-apaan ini," gumam Andi sambil tertawa. Namun, mengingat peringatan aneh itu, dia merasa sedikit gelisah. Siapa yang tahu, mungkin ini benar-benar penting. "Ah, tak ada salahnya aku menuruti permintaan orang ini," pikir Andi, sambil memastikan dada ayam yang besar dan krispi dimasukkan ke dalam kotak makan.

Sementara itu, Reza menunggu dengan sabar di depan pintu. Begitu notifikasi "pesanan sedang diantar" muncul, dia segera bersiap. Sekitar 15 menit kemudian, suara bel apartemennya berbunyi.

"Hah, akhirnya!" seru Reza, hampir terlalu bersemangat membuka pintu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline