Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Tirai Jenazah

Diperbarui: 12 Oktober 2024   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

go.bekasi.id

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Lela terbangun di tengah malam, terbatuk-batuk akibat hawa dingin yang merayap masuk ke dalam kamarnya. Suara gemerisik di luar jendela membuat jantungnya berdegup kencang. Dalam kegelapan, dia merasakan sesuatu yang aneh. Sebelum tidur, dia telah memandikan jenazah Ibu Maimunah, seorang wanita tua yang dikenal baik hati. Namun, ada yang aneh malam ini---hantu Ibu Maimunah tampaknya tidak tenang.

Ketika Lela mengingat momen saat memandikan jenazah, ketakutan menghampirinya. Tangan hitam membekas di punggung Ibu Maimunah, dan ketika dia membuka wajahnya, seakan ada sesuatu yang memperingati. "Hati-hati, Lela," bisiknya pada diri sendiri, merasakan hawa dingin di tengkuknya.

Beberapa hari sebelumnya, saat Lela mengunjungi rumah Maimunah untuk merawat jenazah, suasana mencekam menyelimuti. Keluarga yang berduka tampak gelisah, seolah merasakan kehadiran sesuatu yang tidak kasat mata. Begitu mereka memasuki rumah, Lela melihat lilin-lilin yang berkedip, menerangi sudut-sudut ruangan yang gelap. Aroma bunga melati yang menyengat, tapi di baliknya ada bau busuk yang tidak bisa diabaikan.

Hari itu, di dalam ruang tamu yang dipenuhi kesedihan, Lela merasakan tekanan di dadanya. Ketika dia memandikan jenazah, suara azan menggema dari masjid terdekat, tetapi suara itu seakan terdistorsi, membuatnya semakin cemas. Sesuatu dalam dirinya memberontak; dia tahu, ada lebih banyak yang terjadi daripada sekadar kematian biasa.

Lela mengingat mimpi buruk yang dialaminya semalam. Dalam mimpinya, dia melihat Maimunah berdiri di depan pintu, wajahnya pucat dan penuh kesedihan. "Lela... tolong aku," ucapnya, suaranya melengking penuh penderitaan. Setiap malam setelah kejadian itu, Lela tidak bisa tidur nyenyak. Setiap kali dia menutup mata, dia seolah terjebak dalam labirin kegelapan.

Kembali ke malam setelah pemakaman, Lela merasa tidak bisa melanjutkan hidup seperti biasa. Dia tahu dia harus mencari tahu kebenaran di balik kematian Ibu Maimunah. Dalam pencariannya, dia menggali informasi tentang konflik yang terjadi antara Ibu Maimunah dan tetangganya, yang ingin menguasai tanah warisan Ibu Maimunah. Dia menemui banyak orang, tetapi setiap kali dia berusaha menggali informasi lebih dalam, suara-suara aneh terdengar, dan bayangan hitam melintas di depannya.

Suatu malam, saat Lela menemui tetangga yang terlibat dalam sengketa, dia merasakan hawa dingin merayap. Tatapan tetangga itu tajam dan mencurigakan. "Kau tidak seharusnya bertanya-tanya tentang hal itu," ancamnya, suaranya serak. Lela merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang salah, dan saat dia berusaha mundur, lampu di ruangan padam, menghilangkan cahaya harapan.

Saat kembali ke rumah, Lela tidak bisa mengabaikan suara di kepalanya. Dia melihat sosok Maimunah lagi, kali ini tampak lebih marah. "Kau harus mencari kebenarannya, Lela! Jika tidak, aku akan terperangkap selamanya!" Dia merasa terjebak dalam pusaran kegelapan yang semakin mendalam.

Dalam satu malam, saat dia berbaring, Lela tidak bisa tidur. Dia teringat akan peringatannya, tentang perbedaan antara dunia yang terlihat dan yang tidak terlihat. Tangan yang membekas di punggung Ibu Maimunah terus menghantuinya, dan dia tahu dia harus berbuat sesuatu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline