Lihat ke Halaman Asli

Peran Kartini dalam Pendidikan Budi Pekerti

Diperbarui: 21 April 2020   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd., Kaprodi MPD UMK Kudus


Kartini merupakan perempuan hebat yang pemikirannya masih sangat relevan dengan konteks kekinian, terutama dalam pendidikan budi pekerti. Dalam era globalisasi ini pendidikan budi pekerti merupakan hal utama dan terutama bagi seorang anak.

Dengan budi pekerti yang baik maka akan menjadi modal dasar bagi tunas-tunas bangsa dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan penuh dinamika perubahan.

Hal itu disampaikan oleh Dr. Sri Utamininingsih, M.Pd, Ketua Pusat Studi Gender (PSG) Univeritas Muria Kudus (UMK Kudus) yang juga Ketua Program Studi Magister Pendidkan Dasar (MPD) di universitas terbesar di pantura timur itu.

Menurut beliau, budi pekerti yang baik atau karakter unggul merupakan salah satu kompetensi yang penting di Abad 21. Hal itu dikatakannya sejalan dengan kebijakan Kemendikbud RI yang mencanangkan pentingnya pendidikan budi pekerti dalam bidang pendidikan formal dari tingkat SD, SMP, SMA, yang dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.

Dimulai dari masuk sekolah sebagai siswa baru, masa orentasi, dalam proses pembelajaran, dalam kegiatan ekstrakurikuler  maupun dalam ujian kelulusan anak.

"Keberhasilan pembentukan budi pekerti yang hendak menjadikan anak yang mempunyai karakter berkualitas menuntut partisipasi semua fihak. Dalam memepringati hari Kartini tahun 2020 ini, memantapkan peran perempuan dalam pembentukan budi pekerti anak, merupakan visi urgen yang harus selalu diusung. Perempuan sebagai penerus generasi Kartini sudah selayaknya menjadi garda terdepan bagi keluarga dan masyarakat dalam pembetukan budi pekerti anak. Apalagi dalam situasi bangsa Indonesai menghadapi pandemi covid-19 saat ini. Bahwa perempuan, apapun peran sosialnya, dituntut untuk memberikan pemahaman pada anak-anak maupun lingkungan akan pentingnya kebersihan dan sealu cuci tangan, pentingnya menjaga jarak atau social distancing atau pentingnya di rumah saja," terangnya dalam telewicara,  beberapa waktu lalu.  

Beliau juga menyebutkan bahwa konsep pendidikan budi pekerti Kartini masih saja relevan dengan situasi dan kondisi kekinian. Katanya, hal ini dibuktikan sebagaimana hasil research update mahasiswa MPD UMK, Miftakur Rindlo, yang berada di bawah bimbingannya bersama Dr. Santosa, M.Pd, dengan judul "Melacak Konsep Pendidikan Budi Pekerti, Analisis Terhadap Pemikiran Kartini" yang studi awalnya telah didesiminasikan pada seminar internasonal ICONECT tahun 2019 lalu.

Dibeberkan beliau bahwa penelitian "cah nJeporo" yang kini siap publish di Jurnal of Critical Review yang saat ini sampai pada tahap review dan revisi itu dilakukan dengan empat tahapan metode, yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian  menunjukan pendidikan bagi Kartini merupakan upaya untuk membentuk manusia agar memiliki sifat-sifat mulia (Kartini, 2018: 288-289), hal ini tentu sesuai konsep pendidikan budi pekerti.

Diurai lebih jauh oleh doktor perempuan yang berdomisili di Demak itu bahwa dalam surat-suratnya, Kartini menggunakan istilah "budi pekerti" untuk menyebut segala perbuatan atau perilaku manusia baik itu perilaku yang baik atau pun perilaku yang buruk, sedangkan para tokoh pendidikan (Islam) menyebut segala perbuatan atau perilaku manusia dengan sebutan "akhlak".

Pembelajaran budi pekerti antara pemikiran Kartini dengan metode dalam konteks kekinian mempunyai persamaannya yaitu dengan menggunakan metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, dan metode klarifikasi nilai.

Dalam konteks  tujuan pendidikan budi pekerti, pemikiran Kartini dibanding dengan para ahli modern juga masih relevan hanya berbeda pada penggunaan diksi. Menurut Kartini, materi pendidikan budi pekerti terbagi dalam empat bagian, yaitu budi pekerti terhadap Allah, budi pekerti terhadap sesama manusia, budi pekerti terhadap binatang dan tumbuhan, dan menjauhi sikap nista.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline