Lihat ke Halaman Asli

Dengan Sangu PEMILU Malah Lebih Bergairah

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397019716967848367

[caption id="attachment_319338" align="aligncenter" width="300" caption="kegairahan di TPS 1 Sumber-dokumen pribadi"][/caption]

OLEH: Khoeri Abdul Muid

REMBANG-SUMBER. Pada pileg tahun ini saya berada di desa mertua karena mengantar istri lantaran istri didaulat menjadi anggota KPPS. Oleh karena itu kali ini saya melaporkan suasana pencoblosan di TPS-TPS sekitar rumah mertua, yakni di desa Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang yang notabene salah satu barometer kesuksesan pileg karena merupakan ibukota kecamatan.

Di desa Sumber ada 5 TPS yang ber-DPT rata-rata 300-an. Tepat pukul 07.00 WIB TPS resmi dibuka. Meskipun para pemilih baru satu dua yang datang namun dengan disaksikan para saksi partai kartu-kartu suara mulai dibuka dari kantong-kantong sampulnya dan ditandatangani petugas.

Sementara itu para pemilih mengantri dan tepat pukul 07.30 WIB antrian tersebut mulai dipanggil dan dipersilahkan mencoblos. Di TPS 5 desa Sumber yang tepat berada di depan rumah mertua yang jumlah DPT-nya 318 orang ini hingga pukul 09.00 WIB daftar hadirnya telah mencapai 80 orang dan tampak di kursi tunggu ada sekitar 30-an orang. Keadaan yang hampir sama juga terjadi di TPS-TPS 1, 2,3 dan 4.

Bahkan di TPS 1 yang berada di sebelah timur Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Sumber yang diketuai oleh Darsono ini ada pemandangan menarik. Lantaran para panitia mengenakan pakaian adat Jawa lengkap. “Kami berusaha untuk menarik simpati para pemilih untuk hadir nyoblos meskipun harus dengan berkorban menyewa pakaian adat dengan ongkos dari honor kami sendiri”, kata Darsono.

“Partisipasi orang Sumber dalam Pemilu sebagaimana tahun-tahun sebelumnya memang tinggi, meskipun tanpa sangu. Apalagi kalau ada sangunya”, ujar salah satu sumber yang juga teman saya yang tak mau ditulis namanya. Dan, ketika saya bergumul dalam warung-warung memang aroma apa yang disebut dengan sangu (uang saku) tersebut berasa tercium meski malu-malu. Menurut obrolan mereka besarannya kisaran Rp 50ribu hingga Rp 75 ribu.

“Karena kami untuk nyoblos ini ya meliburkan diri dari bekerja sebagai tukang batu ya lumrah kalau diberi uang saku, Mas”, jelas salah seorang dari mereka yang juga tidak mau disebut namanya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline