Lihat ke Halaman Asli

Hampir Pasti, JK Cawapres Jokowi?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Mendahului atau menunggu dalam pengumuman pasangan cawapres bagi bakal capres Jokowi ataupun Prabowo atau mungkin kandidat kuda hitam adalah strategi tersendiri. Dan, memang, seni pencalonan presiden,layaknya ialah bagaikan perlombaan atau pertandingan bahkan bagai pertarungan yang membutuhkan strategi dan trik-trik seru, yang ketidak-tepatannyabisa-bisa berakibat gagal.

Sebagaimana dilansir detikNews Selasa, 06/05/2014 22:22 WIB, Jokowi memastikan akan nama cawapresnya paling lambat minggu depan (berarti paling lambat 18 Mei 2014). Sementara itu Prabowo belum memastikan kapan pengumuman cawapresnya.Pertanyaannya ialah, siapakah kira-kira cawapres Jokowi yang segera diumumkan itu?

“Kalau bisa jago hukum tapi paham ekonomi serta berasal dari luar Jawa”, ujar Jokowi usai bertemu dengan 15 Dubes di restoran Oasis di Jl Raden Saleh Jakpus 16/4/2014 sebagaimana dikutip detikNews.

Selama ini, sering dikatakan bahwa bacawapres Jokowi mengerucut pada 3 nama, sebagaimana dikatakan Ketut Suryadi, juru bicara "Semeton Jokowi Bali" beberapa waktu yang lalu, yakni Abraham Samad, dan Ryamizard Ryacudu dan Jusuf Kalla (JK).

Indikator terang benderang yang sama-sama dipunyai ketiganya adalah  daerah asal yang luar Jawa, yakni Samad dari Makkasar, Ryacudu dari Palembang dan JK dari tanah Bugis, Sulsel.

Namun, pada indikator jago hukum tapi paham ekonomi, cukup debatebel. Abraham Samad yang Ketua KPK yang bergelar Dr. S.H., M.H alumnus FH UNHAS ini jelas tidak diragukan lagi reputasinya sebagai jago hukum. Tapi pada sisi lain apakah Samad paham ekonomi? Paham sekedar ekonomi rumah tangga barangkali merupakan kompetensi yang dimiliki oleh hampir setiap orang. Tapi, kepahaman Samad soal ekonomi apakah itu yang dimaksudkan Jokowi?

Sementara itu, JK?

Gelar Drs-nya ia peroleh dari FE UNHAS (1967). Dan, gelar itu diperkokohnya sebagai alumnus The European Institute of Business Administration, Perancis (1977). Dengan demikian, mutlaklah beliau memenuhi indikator tahu bahkan ahli ekonomi itu.

Tapi, giliran berikutnya, bisakah beliau disebut ahli hukum? Dr.Hc-nya? Yup. DR-Hc-nya yang beliau peroleh dari UI itu ternyata karena kepemimpinannya, bukan karena ahli hukumnya. Lalu apakah dengan demikian JK out-frame dari indikator cawapres Jokowi tersebut?

Sulit mencari referensi pendidikan formal yang menggiring opini pengukuhkan JK sebagai ahli hukum. Tapi, dalam praktik hukum, beberapa kali JK memang ditunjuk sebagai saksi ahli. Pertama, JK menjadi saksi ahli dalam persidangan kasus Bank Century, yang disebut sebagai ahli administrasi negara (mungkin bersama Laica Marzuki). Bukankah administrasi negara adalah cabang ilmu hukum, yakni Hukum Administrasi Negara (HAN)?

Dan, kedua, JK juga pernah diusulkan Antasari Azhar (mantan Ketua KPK) menjadi saksi ahli dalam persidangan uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) soal pengajuan PK (Peninjauan Kembali). Apakah hal macam ini bisa dibaca, JK sebagai ahli atau jago hukum versi Jokowi itu?

Kemudian, Ryamizard, apakah latar belakang AKABRI yang militer yang pastinya ada sedikit pengenalan tentang ilmu hukum, lantas pantaskah beliau disebut sebagai ahli hukum? Dan, bagaimana pula sudut pandang sebagai ahli ekonomi?

Yup. Dua indikator tersebut memang agak menipiskan peluang Ryamizard berjajar dengan Jokowi sebagai cawapres. Karena beliau yang mantan tentara lapangan pastinya agak jauh untuk disebut sebagai ahli hukum dan tahu ekonomi sekaligus.

Jadi, dari analisa nama dan indikator yang dibocorkan tersebut, siapakah yang hampir pasti digandeng Jokowi sebagai cawapresnya? Dua nama Abraham Samad dan Jusuf Kalla tampaknya masih berpeluang sama-sama besar.

Tapi, jika difinalisasi lagi, maka kelihatannya JK-lah yang paling berpeluang terbesar dipilih Jokowi sebagai cawapresnya. Karena, disamping dari sudut pandang indikator-indikator itu, pasangan Jokowi-JK bisa merupakan kontra strategi yang ampuh untuk melawan nuansa kuat pasangan Prabowo-ARB.

Dari sisi finansial, JK dipandang mengimbangi Prabowo-ARB. Dari sisi perjalanan karir politik, JK tahu persis dapur Golkar, meski kali ini mungkin JK hadir sebagai individu atau representasi dari NU, bukan dari Golkar, ---walaupun katanya, sampai saat ini beliau masih anggota Golkar. Sehingga, dengan politik banyak kaki ini diharapakan JK dapat merebut suara lebih banyak termasuk dari Golkar.

Salam. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline