Lihat ke Halaman Asli

Debat Pilpres Perdana: Bernuansa Ofensif Namun Elegan

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara keseluruhan, debat Capres-Cawapres perdana antara Prabowo-Hatta (PH) vs Jokowi-JK (JJ) malam ini (09/06/2014) relatif berimbang.

Jokowi yang sebelumnya diragukan kepasitasnya ---karena untuk menghadapi debat ini ia harus didrilling dan disimulasi (dibekali) oleh para AHLI: (Andrinof Chaniago,Sukardi Rinakit, dan AA GN Ari Dwipayana)--- ternyata cukup mengimbangi kehebatan pertanyaan moderator dan juga elegannya paparan Prabowo-Hatta.

Hanya saja, kubu JJ beberapa kali dalam sesi paparan dan pertanyaan terlihat ofensif, menyerang tajam lawan, semisal JK sempat menggosok-gosok soal bunga-bunga pencitraan sebagai ahli pidato vs pekerja (aplikasi), dan lain-lain hingga soal HAM dan deskriminasi. Sehingga, kesan awam seolah-olah sebagai suka menjelek-jelekkan orang bahkan sombong karena sempat terlontar dari mulut sendiri sebagai yang terbaik, melebihi Ketua Umum partai sekalipun, sedikit banyak merupakan hal yang dituai pasangan JJ.

Namun demikian, pasangan PH bukan berarti juga tanpa kelemahan. Meski PH tidak terlalu terbakar oleh gosokan itu dan justru sebaliknya, menanggapinya dengan relatif terukur dan cukup elegan saja sehingga suasana perdebatanpun bisa terjaga berjalan di atas rel rasionalitas, tetapi kesan sedikit tegang (tidak emosi) memang masih kelihatan.

Dan, keseimbangan perdebatan itu tampak dalam 6 sesi interaksi setelah paparan awal.

Dengan mengandalkan perpaduan logika Deduktif-Induktif, yakni memberi contoh implementatif sekaligus menggeneralisasinya secara berimbang, pasangan PH mampu menyampaikan visi-misinya secara komprehensif dan gamblang.

Sementara itu JJ yang lebih mengandalkan jurus Induktif, yakni menyampaikan contoh-contoh yang kemudian dicoba untuk digeneralisir, juga relatif mampu menyampaikan visi-misinya. Hanya saja pada babak menjawab pertanyaan moderator sesi pertama ketika diminta merefleksi kesinambungan program pemerintahan rezim lama, Jokowi kelihatan kurang maksimal, bahkan sempat berkali-kali belepotan mengkonsepsikan entah ideologi atau prinsip.

Namun, sekali lagi, debat malam ini yang diakhiri dengan pernyataan penutup Jokowi yang disampaikan dengan teks sementara oleh Prabowo tanpa teks ini, secara keseluruhan relatif elegan dan bernilai seimbang meski sedikit diwarnai oleh nuansa ofensif ---karena mungkin namanya saja debat dalam sebuah persaingan ketat.

Dan, pastinya, kita tunggu debat-debat berikutnya sehingga mampu membuka tabir (menabayunkan) opsi calon pemimpin sejati Indonesia 5 tahun ke depan. Salam.***


Berikut jadwal debat capres-cawapres (Republika.co.id 9/6/2014):

1. Debat 9 Juni (Capres Cawapres): Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Kepastian Hukum (Disiarkan SCTV, Indosiar dan Berita Satu);

2. Debat 15 Juni (Capres): Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial (Disiarkan Metro TV dan Bloomberg);

3. Debat 22 Juni (Capres): Politik Internal dan Ketahanan Nasional (Disiarkan TV One dan ANTV);

4. Debat 29 Juni (Cawapres): Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK (Disiarkan RCTI, MNCTV dan Global TV);

5. Debat 5 Juli (Capres dan Cawapres): Pangan, Energi, Lingkungan (Disiarkan TVRI dan Kompas TV).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline