Lihat ke Halaman Asli

Untuk Waras Perlu Belajar Gila

Diperbarui: 8 September 2023   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Antara gila dan waras
Keduanya hal yang kontras
Namun begitu tipis perbedaannya

Konon yang gila, sarafnya tak lagi berfungsi
Maka yang waras, terkadang tak memfungsikan sarafnya sendiri. Hingga membuatnya tetap bahagia

Keduanya sama-sama melegakan rasa yang membuatnya dapat tertawa.

Gila jadi-jadian adalah kewarasan, oleh sebab, keinginan yang terus dilatih untuk sang diri kendalikan.

hingga membuat hidup seseorang, tetap bahagia. Syarafnya yang mengendur, membuatnya sebatas menjalani hari dengan rasa bersyukur.

Sementara gila yang benar-benar gila kecewa dan keinginan yang terus bergentayangan  membebani pikiran
Raga yang tak kuat menahan diri membuat syarafnya putus dan tak berfungsi.

Gila dan waras. Keduanya itu kita sendiri yang memilih. Sehingga tak ada soal mengkambing hitamkan yang lain, terlebih lagi menyebutnya sebagai takdir yang diberi.

Menyerupai gila terkadang ada baiknya, marilah bernyanyi bersamaa  nyanyian jiwa yang terindah, untuk digantung di langit sana

Agar semesta mendengar. Bahwa nyanyian kita, tak lain adalah bentuk perdamaian kita kepada diri, letihnya terganti tembang indah.

"Bukan aku menolaknya. Aku katakan menyambut apa pun keluar masuknya  tamu-tamu di rumahku"

Tamu yang dimaksud adalah pergantian situasi dan kondisi.
Ketika hal seperti ini bisa dijalani dan disadari, Maka sang diri pun waras, meski yang terlihat nampak kegilaan yang dialami.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline