Lihat ke Halaman Asli

Di Tanah Duka

Diperbarui: 28 Agustus 2023   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Atas nama-Nya
Aku telah menyaksikan dan memperagakan sebuah langkah diantara Kuffah menuju Karbala
Matahari keringkan tubuh dan gamisku yang basah keringat, setelah tiga hari melangkah

Tarikan kuda, meyeret-nyeret raga- wanita mulia.
Keterasingan di sana, aku alami.

Duduk sendiri di jalan, menunggu rombongan dan yang dikenal menghampiri.
Namun kepalaku berputar diantara jutaan orang.

Berderap langkah peziarah, para pemuda bergerak dengan menghentakan kakinya di atas tanah breg...breg..breg..breg...breg..breg dengan menyebut-nyebut kesayangan baginda
Ya Husainaa..Yaa Aba Abdillah...

Suara mereka menembus jiwaku yang menggeletak.
Aku pun kembali berdiri, tegakan kaki.  Dan kuikuti menyebut nama kekasih Rabbi.
Panggilan cinta menyeruak hangatkan darah.

Diaaam...
Aku diam kembali duduk lagi, menahan kaki yang perih
Melihat wajah beragam rupa
Menangisi putra al-Mustafa

Kesendirian di negri asing, tanpa kelompok, membuatku berani ketika yang kukenang para suhada

Ketika senja tiba..
Mataku tak begitu jelas melihat warna
Yang ada hitam langit, codur dan gamis para peziarah.

Aku punn singgah
Kam amuud? tanyaku pada penjaga maukib. Seorang lelaki tua berwajah ramah

Kakiku melepuh
Langkahku pendek. Hingga tertinggal dari kelompokku. Kukatakan padanya dengan bahasa isyarat yang kubisa

Lelaki itu memanggil putrinya menuntun dan, memintaku masuk ke dalam tenda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline