Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Putri Binaan

Diperbarui: 23 Agustus 2023   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menutup buku.

Saatnya bersiap dan fokus pada gerak raga, menjalani terik dan mendung yang menggantung, guyur hujan terus membasahi kembang, keteduhan ada pada siraman.

Bacaan yang panjang, sang putri cukupkan. Ambisi yang tak henti, tak lagi diikuti, bising suara, riuhkan konsentrasi

Cinta yang diam, tak membuat riuh,
Catatan yang terurai sebatas tanda bahwa, ia miliki jemari

Setelah buku terbaca, angin membelai  lupakan isi.
Karena ingatan hanya pada- Nya

Diam adalah gerak. Gerak nyata dengan raga bekerja di kekiniannya

Cukup! Imajinasi mengantar ilusi, halusinasi dengan prasangka begitu begini, dapat mengotori rumah bestari
Jika tidak! seperti udara Berputar-putar di dalam ruang, tak henti, menjebak penghuni sendiri

Sementara waktu terus baru, biarkan ada saat lisan riuh menjadi bisu.
Maka lahirlah ia,  dalam kekinian waktu.

Binaan bin, leluhur sambung.  
Realita bukan dongeng dan soal meninabobokan pendengarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline