Menutup buku.
Saatnya bersiap dan fokus pada gerak raga, menjalani terik dan mendung yang menggantung, guyur hujan terus membasahi kembang, keteduhan ada pada siraman.
Bacaan yang panjang, sang putri cukupkan. Ambisi yang tak henti, tak lagi diikuti, bising suara, riuhkan konsentrasi
Cinta yang diam, tak membuat riuh,
Catatan yang terurai sebatas tanda bahwa, ia miliki jemari
Setelah buku terbaca, angin membelai lupakan isi.
Karena ingatan hanya pada- Nya
Diam adalah gerak. Gerak nyata dengan raga bekerja di kekiniannya
Cukup! Imajinasi mengantar ilusi, halusinasi dengan prasangka begitu begini, dapat mengotori rumah bestari
Jika tidak! seperti udara Berputar-putar di dalam ruang, tak henti, menjebak penghuni sendiri
Sementara waktu terus baru, biarkan ada saat lisan riuh menjadi bisu.
Maka lahirlah ia, dalam kekinian waktu.
Binaan bin, leluhur sambung.
Realita bukan dongeng dan soal meninabobokan pendengarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H