Merdeka itu, bukan hanya kita yang tidak memiliki, lantas kemudian memiliki.
Merdeka itu bukan apa yang dikehendaki lantas mau tidak mau harus dituruti.
Jika merdeka seperti itu tak lain kemerdekaan sebatas hawa nafsu dan ambisi. Tidak!!
Jika merdeka seperti itu, lantas untuk apa belajar?
Jika kemerdekaan seputar kebahagiaan yang diharapkan. Lantas bagaimana menjalani Qoda-qodar.
Merdeka adalah ketika diri mampu bersikap ikhlas (tidak ada konflik) apa pun kondisinya.
Kemerdekaan bukan hanya diraih bagi mereka yang bisa tertawa dengan kondisi berlimpah.
Kemerdekaan dapat dirasakan bagi mereka yang berkekurangan juga. Kemerdekaan bagi mereka adalah, saat menyadari kebesertaan-Nya.
Dia lah yang menguasai dan menghendaki, langkah luhur para penghuni
Merdeka adalah saat hamba dapat melakukan penghambaan pada Sang Hyang-nya.
Merdeka adalah kebergantungan total hanya pada-Nya semata.
Kesadaran membuatnya dalam keseimbangan yang mendamaikan pahit manisnya rasa, dapat diterima.
Merdeka adalah kebebaskan dalam menjalani ajaran suci.
Mungkinkah sebuah bangsa dapat merdeka, ketika penghuninya memaknai kemerdekaan dengan salah kapra?
Ketika penghuninya sudah dengan berani provokasi, mengatasnamakan perjuangan?
Di sinilah kesabaran bangsa teruji, jika dilewati. Maka benarlah bahwa Indonesia telah merdeka.
Pada kemurahan hatilah kemerdekaan diraih.
Majulah duhai negriku!
Biarkan para pembenci, mencoreng wajah, mengotori jiwa.
Ada kami para generasi yang akan setia menjaga, dan mengharumkan selalu Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H