Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Berkaca pada Beling

Diperbarui: 13 Agustus 2023   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Terkadang seseorang merasa telah banyak berbuat. Sementara yang lain tidak pernah menghargai apa yang telah diperbuatnya itu. Tak sedikit diantara kita merasakan hal yang sama. Rasa kecewa, apakah terhadap keluarga, terhadap teman ataupun terhadap orang lain yang terkait. Membuat hidup seseorang serasa begitu sempit.

Hal tersebut menyebabkan dada yang bersangkutan seperti terhimpit. Sehingga kebiasaan baiknya mulai terlupa. Berbagai macam keluhan silih berganti terus dirasa. Pekerjaan sudah tidak bisa lagi dikerjakan sebagaimana semestinya, yang ada semua dalam kesemrautan dan menumpuk. Tumpukan tersebut menjadikan raga dan pikiran yang bersangkutan semakin menderita. Kesumpekan dan strespun mempengaruhi kesehatannya. Rasa sedih, gelisah, ketakutan, lama-kelamaan menyerta juga.

Keluhan demi keluhan bertandang riang, menghantui sang tuan. Bahkan diahirnya, ia sudah tidak lagi bisa tertawa. Bagaimana cara memulai penataan dan merapihkan segala tumpukan yang ada?
Ia bingung dan tidak tahu bagaimana melakukan sebuah cara. Yang sebenarnya semua tumpukan itu tidak lain hanyalah sampah-sampah.

Kemarahan tersimpan begitu rapih Seolah-olah sikap yang dilakukan sudah bijak dan berguna. Kenyataan yang sebenarnya orang di sekitar lebih mengerti, ketimbang sosok yang merasa telah berbuat itu sendiri. Sekalipun mereka yang bersamanya menutup hidung, karena menahan aroma yang mengganggu penciumannya. Yang terjadi siapa pun tidak mudah tinggal lama bersamanya, jika tidak! pastinya akan  ada perselisihan juga.
Lantas apa yang terjadi sebenarnya?

Yang terjadi adalah, kita tidak begitu mengerti bahwa sumber permasalahan sebenarnya adalah, diri kita sendiri. Hayalan telah menciptakan cermin berlapis pada diri, sehingga menjadikan  jebakan halus yang tanpa diri sadari.

Bagaimana mungkin orang di luar diri, akan memahami. Jika yang bersangkutan sendiri tidak kuasa menolong. Tolonglah diri dahulu, barulah akan ada solusi. 

Sejatinya mereka semua adalah diri kita, bukan menjadikannya sebagai gangguan yang merupakan beban masalah.

Inilah derita yang seringkali dilupa pelakunya, bahkan tanpa disadari kita sendiri yang telah menciptakannya.

Sepatutnya saat kita berbuat baik tidak perlu ada penyesalan, meskipun terhadap orang yang tidak tepat. Tidak perlu juga berharap pada orang lain untuk berbuat seperti apa yang kita mau. Jika kita sendiri tidak dapat melakukan apa yang mereka mau.

Simpulannya. Berkacalah pada kaca utuh dahulu. Bukan berkaca pada beling pecah, yang bisa berbahaya dan membuat luka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline