Lihat ke Halaman Asli

BookTok: Awal dari Kebangkitan atau Kehancuran Sastra?

Diperbarui: 21 Juni 2024   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Pernahkah kamu terobsesi dengan sesuatu tetapi kamu tidak dapat menemukan komunitasnya? Jangan khawatir! Kamu tidak perlu mencari-cari karena semua komunitas pasti ada di sosial media di smarthphone kamu!

Ketika seseorang menemukan suatu hal baru yang menarik perhatian, biasanya ia akan mencari seseorang dengan ketertarikan yang sama untuk mendiskusikannya, kan? Namun, tidak jarang sebuah media niche atau media yang jarang diketahui masyarakat umum membuat para penggemarnya kesulitan menemukan komunitas online untuk diskusi. 

Dengan kemajuan teknologi dan media sosial saat ini, TikTok telah menjadi salah satu platform terbesar bagi siapa saja yang ingin membahas dan berdiskusi tentang apapun yang mereka minati. Dengan tingginya jumlah pengguna TikTok, bahkan media niche dengan fandom yang kecil sekalipun dapat ditemukan komunitasnya.

            Dari pecinta reptil atau serangga sekalipun, dokter, guru, bahkan pegawai NASA, semua orang dapat menemukan tempat untuk berbagi pendapat dan berdiskusi tentang apa pun di TikTok.

Lalu, bagaimana dengan para penggemar baca? Apakah mereka memiliki tempat di TikTok? Tentu saja!

Komunitas ini disebut BookTok atau komunitas penggemar baca TikTok. Komunitas ini merupakan salah satu komunitas terbesar di TikTok. Ada jutaan video yang membahas, mengkritisi, merekomendasikan, atau sekedar memulai diskusi buku di aplikasi pemutar video singkat ini. 

Video-video tersebut telah ditonton ratusan hingga jutaan orang yang tertarik dengan buku atau karakter yang dibahas. Meskipun komunitas ini sangat menarik dan dianggap bermanfaat, banyak yang beranggapan bahwa keberadaan BookTok telah merusak experience membaca buku dan menikmati karya-karya literatur lainnya. 

BookTok dianggap sebagai akar dari berbagai masalah dalam dunia sastra modern. Para kreator dan konsumen konten BookTok sering dikritik karena terus-menerus merekomendasikan buku-buku yang dinilai "berkualitas rendah" dan dangkal wawasan.

Para anggota komunitas rata-rata BookTok memiliki kecenderungan yang sama, yaitu mempopulerkan genre dan plot yang dinilai tidak memiliki aspek literatur yang dalam. 

Contohnya seperti novel romansa generik yang melulu membahas tentang sepasang kawan yang menjadi kekasih (friends-to-lovers) atau sepasang musuh bebuyutan yang menjadi kekasih (enemy-to-lovers). Homogenisasi genre literatur ini nantinya dapat membatasi dan menyulitkan buku-buku dengan genre yang berbeda untuk mendapatkan perhatian publik.

Nah, sekarang muncullah pertanyaan, kenapa hal ini jadi masalah? Apa yang salah dengan para kreator di BookTok yang terus menerus mempopulerkan satu genre sastra yang sama diikuti dengan para pembaca yang terus-menerus mengonsumsi genre tersebut tanpa melirik genre lain?

Masalah muncul karena pembatasan literatur seperti yang kerap terjadi di komunitas BookTok berarti BookTok sendiri telah membatasi tema, gaya, dan experience membaca itu sendiri secara keseluruhan. Banyak yang berpendapat bahwa hal ini akan menghilangkan kekayaan dan keunikan pengalaman setiap individu dalam membaca dan menikmati karya sastra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline