Lihat ke Halaman Asli

Hasbi Ade

Jurnalis/pimred/sukses/mimbartimur

Cerita Di Pinggiran Kota; Dibalik Jejak Peradaban Pengetahuan Membangun Benteng Perlawanan

Diperbarui: 13 Desember 2024   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar Wikipedia: Foto Ternate Tempo Dulu

Oleh : Hasbi A.

Di pinggiran kota, di sana ada jejak peradaban yang tidak banyak diketahui. Mereka yang ada di sana, sering kali diabaikan oleh hiruk-pikuk kehidupan kota yang terus berkembang pesat. Namun di balik perkembangan itu, terdapat cerita panjang tentang pengetahuan dan kebijaksanaan dalam membangun benteng perlawanan yang tak nampak di permukaan.

Pagi hari, di pinggiran kota dimulai dengan kabut tipis yang perlahan menghilang, mengungkapkan pemandangan sederhana namun penuh bermakna. Rumah-rumah kecil dengan dinding bebatuan dan atap daun rumbia terlihat rapi, yang di dalamnya terkandung kekuatan luar biasa. Dan mereka yang tinggal di sini merupakan orang-orang yang mewarisi pengetahuan para leluhur dengan pengetahuan yang dibangun dari berbagai pengalaman, rasa hormat terhadap alam serta pemahaman mendalam tentang bertahan hidup dalam kesederhanaan.

Di tengah-tengah pemukiman ini (Kota) ada sebuah sekolah kecil dan bukan sekolah biasa, yang merupakan sebuah pusat pembelajaran sejak ratusan tahun lalu, walaupun tidak terdaftar dalam peta resmi. Di sanalah, peradaban pengetahuan lokal disusun dan diteruskan para guru yang lebih sering disebut "pemandu", dengan mengajarkan lebih dari sekadar membaca dan menulis. Mereka mengajarkan tentang seni bertahan hidup:

bagaimana cara memanfaatkan alam tanpa merusaknya? bagaimana menciptakan sistem yang adil untuk semua?
Dan yang paling penting bagaimana melawan ketidakadilan?

Benteng-benteng perlawanan ini bukanlah sebuah benteng dari batu dan tembok yang tinggi. Melainkan benteng yang dibangun dari dasar pemikiran dan semangat kolektif. Di ruang  kelas itu, mereka berbicara tentang dunia yang lebih luas, namun tetap sambil menjaga akar tradisi budaya mereka.

Di balik setiap kata yang dikeluarkan, ada semcam kesadaran dengan menyebut bahwa pengetahuan adalah senjata yang paling ampuh. Sebab, Mereka tahu bahwa perlawanan tidak selamanya dalam bentuk pertempuran fisik, tetapi dalam bentuk perlawanan terhadap kebodohan, ketidakadilan, dan keserakahan.

Anak-anak muda yang tumbuh di sana harus belajar agar mampu berpikir kritis, dalam memahami bahwa dunia ini jauh lebih besar dari apa yang terlihat di depan mata. Anak muda harus diajarkan bahwa kekuatan terbesar bukan hanya terletak pada kemampuan fisik, tetapi pada kemampuan untuk merancang perubahan melalui pengetahuan yang telah dimiliki. Dan meskipun kota besar itu terus berkembang, semuanya akan tahu bahwa apa yang kita miliki mulai dari pengetahuan, kebijaksanaan, serta semangat adalah merupakan benteng yang tidak bisa runtuh dan tergoyahkan.

Waktu terus berjalan, namun semangat untuk menjaga dan memperkuat benteng perlawanan ini harus tetap hidup. Karena di pinggiran kota, pada tempat yang sering terlupakan, ada sebuah kekuatan besar yang tidak terlihat, yang datang dari pengetahuan dan kebijaksanaan yang dibangun dengan cinta dan rasa tanggung jawab terhadap masa depan. Di situlah peradaban sejati dipertahankan, meskipun dunia terus berubah.

Dengan setiap generasi yang baru, benteng-benteng perlawanan itu harus di rawat dengan pikiran agar semakin kokoh dan semakin sulit untuk dihancurkan. Sebab, kita dan mereka yang tinggal di pinggiran kota tahu bahwa setiap pengetahuan yang diteruskan, adalah merupakan tindakan bijaksana yang harus dilakukan dalam membangun dunia yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline