Di tengah ramainya kota Jogja, di antara deretan warung makan dan restoran modern, tersembunyi kuliner legenda khas Jogja yang tak lekang oleh waktu, yakni sate Klatak. Tepatnya di jalan Mayjen Sutoyo, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, kota Yogyakarta. Bukan hanya sekedar sate seperti pada umumnya, sate Klatak ini memiliki keunikan dan citarasa yang khas.
Aroma sate Klatak yang harum dan khas, asap dari bakaran bara api yang mengepul, dan suara "klatak- klatak" dari bunyi bakaran daging yang di tusuk dengan klatak (jeruji sepeda), menjadi pertanda bahwa sate klatak siap untuk memanjakan lidah para penikmatnya.
Sate Klatak, seperti namanya, sate ini ditusuk menggunakan klatak, yakni jeruji besi. Tusukan klatak ini bukan menggunakan sembarang jeruji. Jeruji yang digunakan adalah jeruji dari sepeda yang sudah tidak terpakai yang di bersikan hingga steril, kemudian ujung besinya diruncingkan guna memudahkan pada saat daging ditusuk untuk kemudian dibakar di atas bara kayu arang.
Salah satu warung yang menjual sate Klatak khas Jogja di daerah ini adalah warung sate Klatak kang NP milik kang NP dan adiknya yakni kang Asan. Mereka berdua asli berasal dari jejeran, Bantul, yang mana jejeran ini merupakan tempat asal dari sate klatak khas Yogyakarta tersebut. Di sana hampir kebanyakan masyarakatnya mempunyai usaha jualan sate Klatak. Jika berkunjung ke sana, akan terlihat bahwa hampir setiap rumah memiliki usaha jualan sate Klatak.
"Sate Klatak ini memang asalnya dari Jejeran, Jejeran sendiri itu masuknya Bantul. Kalo di sana itu hampir seratus persen masyarakatnya punya usaha jualan sate Klatak. Kalo kita ke Jejeran, senggang satu meter sate Klatak, senggang satu meter sate Klatak" ungkap kang Asan (09/06/2024).
Penggunaan klatak atau jeruji besi sebagai tusuk satenya sangatlah unik, hal ini memang disengaja karena dengan menggunakan jeruji yang bersifat konduksi panas, memungkinkan daging sate yang dibakar dapat matang dengan rata hingga bagian dalamnya meskipun pembakaran satenya jika dilihat sekilas hanya tampak setengah matang, pembakarannya pun tidak tidajk terlalu lama seperti sate sate lain pada umumnya.
Berbeda dengan sate pada umumnya yang menggunakan tusuk kayu. Penggunaan tusuk kayu yang tidak bersifat konduksi panas mengharuskan sate yang dibakar harus benar benar matang dengan proses pembakaran yang lebih lama jika dibandingkan dengan sate Klatak.
"Sate Klatak ini memang khasnya menggunakan jeruji, dan ini memang sengaja karena besi yang panas sehingga dagingnya itu bisa mateng sampai dalam. Kalo pake kayu, dagingnya itu ngga bisa mateng sampai dalam, bisa tapi bakarnya harus lebih lama" jelas kang Asan (09/06/2024).
Kang NP dan kang asan ini sudah memulai usaha sate Klataknya selama dua puluh tahun lebih. Usaha sate Klatak ini dilakukan secara turun temurun dan memang sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Jejeran, Bantul sebagai salah satu sumber mata pencaharian mereka.
"Sate Klatak ini memang sudah menjadi usaha turun temurun, di Jejeran pun usaha jualan sate Klatak ini sudah menjadi tradisi yang hampir dilakukan oleh kebanyakan warganya" ujar kang Asan (09/06/2024).