Lihat ke Halaman Asli

Khikam Alwinaja

Mahasiswa 2023/23107030024 UIN sunan Kalijaga

Kenaikan Nilai Dollar: Impor Semakin Mahal, Bagimana Nasib Perekonomian Indonesia?

Diperbarui: 31 Mei 2024   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Suara Merdeka

Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terus mengalami tekanan. Kurs jual Rupiah di pasar bahkan sempat menembus level Rp. 15.500 per USD, hal ini menandakan penguatan yang signifikan dari mata uang Negeri Paman Sam tersebeut. Fenomena ini tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat dampaknya yang luas bagi perekonomian Indonesia.

Sebagai negara berkembang yang masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, gejolak nilai tukar Rupiah terhadap USD tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan pelaku ekonomi. Penguatan USD yang berkelanjutan dapat memicu berbagai konsekuensi yang perlu diwaspadai.

Kenaikan harga barang - barang impor merupakan salah satu dampak yang paling nyata dari penguatan USD tersebut. Ketika USD menguat, maka biaya yang harus dikelluarkan untuk mengimpor bahan baku, barang modal, maupun produk konsumsi dari luar negeri akan meningkat. Hal ini kemudian akan mendorong kenaikan harga jual produk - produk tersebut di pasar domestik.

Bagi industry dalam negeri yang masih bergantung pada bahan baku impor, kenaikan harga USD ini tentu menjadi bebann tersendiri. Mereka harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih tiggi, sehingga terpaksa harus menyesuaikan harga jual produk akhir. Situasi ini juga tentu akan berdampak pada daya beli masyarakat, terutama kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Selain berdampak pada harga barang impor, penguatan USD akan juga berimbas pada besaran utang luar negeri, baik pemerintah maupun korporasi. Ketika USD menguat, maka nilai utang dalam mata uang Rupiah akan meningkat secara signifikan.

Bagi pemerintah, hal ini dapat menambah beban anggaran negara untuk membayar cicilan dan bunga utang dari luar negeri. Sementara bagi bagi perusahaan, membengkaknya nilai utang luar negeri akan mengurangi laba bersih dan kemampuan untuk melakukan ekspansi bisnis.

Kenaikan harga barang barang impor akibat penguatan USD pada memungkinkan akan mendorong laju inflasi didalam negeri. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan menengah akan menjadi pihak yang paling terdampak, karena daya beli mereka akan semakin tergerus oleh kenaukan harga kebutuhan pokok.

Kondisi ini tentu saja menjadi PR besar bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Berbagai kebijakan moneter dan fiskal perlu dijalankan secara cermat agar inflasi dapat dikendalikan dalam batas yang wajar.

Sumber : datanesia

Di sisi lain, penguatan USD juga membawa berkah tersendiri bagi pelaku ekspor Indonesia. Ketika USD menguat, maka harga barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih murah bagi pembeli asing. Situasi ini dapat mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor, yang pada gilirannya akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline