Jika puluhan tahu dunia diramal akan terjadi perubahan besar, dimana semua kehidupan manusia digantikan oleh mesin. Mungkin pemikiran tak logis kala itu menjadi bahan cemooh. Namun lambat laun semuanya terbukti, saat dunia sangat terbantu akan kehadiran mesin. Tidak ada lagi manusia di dalam sebuah bangunan kecil yang bertugas membagikan karcis parkir, kini terganti mesin, tidak ada lagi manusia dibalik layanan telepon sebuah perusahaan semua digantikan oleh mesin penjawab otomatis. Artinya dunia telah berubah sangat dinamis, melibas apapun dihadapannya,
Hampir 2 bulan lamanya Indonesia 'beristirahat' dari hiruk pikuk, kemacetan dari angkuhnya dunia. Wabah covid 19 mengharuskan manusia untuk berdiam diri dirumah, nampaknya menjadi salah satu cara yang ampun melawan virus ini. Semua aktivitas manusia hampir dibantu oleh peran teknologi, maka tak dapat dipungkiri teknologi kini berada di puncak kejayaan. Kita-pun pada akhinya membiasakan diri hidup bersama mesin ; absen kerja online, rapat online hingga pesan makanan pun online. Namun, saat ini semua sedang berjalan tidak kah kita merindu bertemu langsung kawan ?
Hubungan yang terbangun di ruang digital sementara dapat menggantikan realitas pertemuan nyata. Manusia-pun dimanjakan dengan teknologi. Terutama, kini interaktivitas yang terjadi dalam ruang virtual semakin beragam, mulai dari meninggalkan pesan dikolom komentar dan interaktivitas yang lebih inten serta cepat. Keunggulan teknologi ini menjadi alasan bagi lembaga pemerintahan juga melakukan program kerja baik dibidang pendidikan, pelayanan. Semuanya beramai-ramai beralih ke konsep digital.
Meski begitu, pada akhirnya masih banyak juga sebagian orang yang rindu pada kantor, , rindu bertemu langsung, rindu mengajar di kelas, rindu belajar di kelas dan sebagainya. Sisi ini yang kini belum bisa tergantikan oleh keberadaan mesin-mesin canggih. Kerinduan bertemu bisa jadi sebagai sebuah proses adaptasi menuju gerbang dimana sebuah dunia nantinya akan sesak dengan keberadaan mesin. Mungkin saja kini kita masih ada pada gerbang tersebut..., masih ada dipintu masuk... dan kita rindu untuk kembali dan menjauh dari gerbang teknologi tersebut. Pertanyaan yang selanjutnya muncul saat teknologi dipersiapkan dengan sangat baik untuk memudahkan kehidupan kita, tetapi apakah kita sebagai manusia sudah siap menerima kehadiran teknologi dalam kehidupan kita?
Interaksi manusia secara langsung jauh lebih kaya, meski disatu sisi dengan teknologi sangat membantu pekerjaan manusia. Namun komunikasi secara langsung nampaknya masih tetap ada di urutan teratas dikarenakan meski termasuk salah satu jenis komunikasi paling tua namun ternyata berkomunikasi secara face to face masih dianggap paling nyaman dibandingkan komunikasi bermedia. Jika dahulu, sebelum pandemic covid-19 komunikasi menggunakan bantuan teknologi digunakan sebagai pelengkap saja dan kini posisinya berputar wabah covid 19 menjadikan komunikasi bermedia sebagai kebutuhan primer atau utama
Sudah seharusnya kita terbuka dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada dunia 10 tahun kedepan, apakah kebijakan bekerja dirumah ini nantinya pun akan terealisasi meski wabah covid 19 telah usai?. Namun secanggih canggihnya teknologi ia adalah alat yang dirancang oleh manusia. Teknologi-pun tak selamanya berjalan mulus, karena ia adalah alat berupa robot, laptop, handphone memungkinkan adanya eror yang menyebabkan terjadinya noise. Sehingga suatu saat kita akan sangat merindukan komunikasi secara langsung, sentuhan saat berjabat tangan, interaksi nyata itu lebih elok dan masih diidamkan.
Terpenting yang bisa kita petik dari masa pandemi covid 19 ini yaitu kita sangat beruntung hidup di zaman teknologi, saat diluar sana masih banyak wabah covid 19 yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Himbauan untuk beraktivitas di rumah wajib ditaati, untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang membahayakan manusia. Kini teknologi adalah satu-satunya alat yang masih bisa kita gunakan untuk terus berkomunikasi, menyambung silahturahmi kita... silahturahmi virtual
NOTED : TULISAN INI PERNAH DIMUAT DI OPINI SURATKABAR DISWAY KALTIM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H