Malam itu kebisingan, riang dan tawa seketika menjadi hening
Ketikaka perjamuan makan malam yang di rasa begitu sakral seketika membatu bagai pompai di landa lava.
Wangi melati menemani ku yang ingin bersenggama dengan bulan
diiringi alunan musik alam yang menambah keromantisan.
Aku melamun di tepian hari
menikmati berbagai macam rasa kehidupan yang membuatku gundah
Siapakah aku?
Apakah aku mengganggu?
Aku hanya ingin bertemu bulan tanpa mengacaukan perjamuan kalian.
Silahkan lah saja santap berbagai macam hidangan itu
aku tak ingin untuk mencecap itu semua.
Yang ku butuh hanya bertemu bulan untuk sekedar melepas rindu seusai pertempuran besar antara iblis, malaikat terbuang dan malaikat murni.
Jadi apakah aku di persilahkan untuk bertemu sang bulan?
Maukah kau ikut denganku?
Akan ku bawa kau ke dunia imaji
disana aku punya biang lala atau pun istana megah untuk kau singgah dan merawatku sewaktu aku habis bertempur habis habisan
Ya....
Hanya imaji yang ku punya,
aku pun tak tahu apa aku benar benar ikut dalam pertempuran.
Menghabiskan sepatuh waktu di dimensi keputusasaan dan bermeditasi bersama keheningan
semua tampak indah tapi kenyataan nya tidak nona
Semua itu hanya semu sendu yang tak berakhir
Perang antara iblis, malaikat buangan dan malaikat murni kembali terulang
Beberapa dari nya menjadi korban dalam pertempuran itu
Tak ada yang membekas dalam pertempuran itu hingga derap air mata yang tersisa dari para keluarga yang di tinggalkan.
Ya.......
Aku sekali lagi kalah dalam pertempuran itu
Ntah apa yang di perebutkan dari sebuah peperangan
Yang terpenting setiap peperangan akan memberikan lara yang begitu dahsyat
Ditengah pertempuran itu tuhan hanya melihat tanpa melerai pertemuan itu
Yang ku harap tuhan memisahkan pertempuran agar damai tercipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H