Malang, 24 November 2023 -- Anak-anak menjadi kelompok rentan yang lebih berisiko menghadapi tindak pelecehan seksual. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 834 kasus pelecehan seksual pada anak tahun 2022. Sekolah dan keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak justru seringkali menjadi tempat yang mengerikan bagi anak. Bahkan korban sering kali tidak memiliki pemahaman untuk menyikapi pengalaman yang dialaminya. Kurangnya pengetahuan terkait pendidikan seksual menjadi salah satu faktor terjadinya tindak pelecehan seksual. Oleh karena itu, pendidikan seksual bagi anak dan siswa sekolah diperlukan agar memberikan pemahaman akan tubuh dan area privatnya, etika bergaul dengan lawan jenis, serta proteksi diri dari pelecehan seksual.
Menjawab permasalahan tersebut, tim pengabdian yang merupakan mahasiswi Universitas Negeri Malang Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2022 menggandeng kelompok dokter kecil SDN Jatimulyo 2 Kota Malang melalui program pemberdayaan bertemakan "Detektif Pelecehan Seksual: Deteksi Aktif Pelecehan Seksual". Program ini bertujuan untuk melibatkan peran aktif siswa dengan pendekatan peer education dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan peduli terhadap isu pelecehan seksual.
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 24 November 2023 di SDN Jatimulyo 2, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan melibatkan 10 dokter kecil dan 1 guru pendamping. Kegiatan dimulai dengan pre-test untuk mengukur tingkat pengetahuan dokter kecil mengenai pelecehan seksual sebelum mendapatkan informasi dari penyuluhan. Penyuluhan materi pelecehan seksual menggunakan metode ceramah serta penayangan video edukasi. Materi mencakup pengenalan pelecehan seksual, bentuk-bentuk pelecehan, dampak, cara pencegahan, dan penanganan pelecehan seksual. Setelah penyuluhan, dilanjutkan dengan sosialisasi dan demonstrasi pengisian lembar CHECKLIT. CHECKLIT adalah media deteksi yang berisi pertanyaan dan indikator terkait tanda-tanda pelecehan seksual yang mungkin dialami oleh siswa. Setelah itu, dilakukan post-test untuk mengevaluasi pengetahuan dokter kecil melalui games benar-salah.
Kemudian dilakukan pendampingan pengisian lembar CHECKLIT oleh dokter kecil pada siswa kelas 4 dan 5. Dokter kecil berperan sebagai mentor dengan pemberian edukasi maupaun bantuan jika diperlukan. Pengisian ini dilakukan juga pada pekan berikutnya yaitu hari Kamis, 30 November 2023 secara mandiri oleh dokter kecil sehingga membentuk rasa kemandirian. Peserta dokter kecil menunjukkan antusiasme selama kegiatan berlangsung serta adanya peningkatan pengetahuan mengenai pelecehan seksual. Melalui penggunaan metode peer education, diharapkan siswa lebih aktif terilibat dalam deteksi dan pencegahan pelecehan seksual sehingga tercipta kesadaran untuk lingkungan yang aman bebas pelecehan seksual.
Referensi:
KPAI. (2023). Catatan Pengawasan Perlindungan Anak di Masa Transisi Pandemi; Pengasuhan Positif Anak Indonesia Terbebas dari Kekerasan. https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pengawasan-perlindungan-anak-di-masa-transisi-pandemi-pengasuhan-positif-anak-indonesia-terbebas-dari-kekerasan
Wajdi, F., & Arif, A. (2021). Pentingnya Pendidikan Seks bagi Anak sebagai Upaya Pemahaman dan Menghindari Pencegahan Kekerasan maupun Kejahatan Seksual. Jurnal Abdimas Indonesia, 1(3), 129--137. https://doi.org/10.53769/jai.v1i3.130
Wulandari, M. D., Widhayanti, A., Hidayat, M. T., Fathoni, A., & Abduh, M. (2019). Identifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Perlindungan Diri Anak dari Pelecehan Seksual di SD Muhammadiyah 1 Surakarta. Profesi Pendidikan Dasar, 1(1), 61--68. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.8374
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H