Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Kaderisasi Muhammadiyah

Diperbarui: 3 April 2024   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Suara Muhammadiyah

Ada sebuah fenomena unik yang dulu penulis pernah temukan ketika tinggal di kota Balikpapan. Ketika itu penulis tinggal di lingkungan Muhammadiyah yang begitu kental dan erat dengan keseharian masyarakat. Kebetulan, Penulis memiliki ayah yang kebetulan merupakan seorang pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah di kota Balikpapan. Selama ayah penulis menjabat di PDM, banyak hal yang secara tidak langsung penulis dapatkan tentang  Muhammadiyah di juga persoalannya. 

Waktu itu, Diketahui banyak sekali pengurus PDM yang merangkap di berbagai kepengurusan, baik di internal PDM itu sendiri. atau seorang pengurus PDM juga menjadi pengurus PCM ataupun mengurus ortom-ortom Muhammadiyah. Penulis sempat mewawancarai salah satu pimpinan PDM yang mengurus masalah perkaderan untuk mengetahui lebih dalam mengenai persoalan tersebut. Hasilnya, memang SDM Muhammadiyah di Balikpapan memang tidak begitu banyak bila dbandingkan dengan ormas lain di Kota Balikpapan. Muhammadiyah tidak begitu diperhitungkan.

Mengenai fenomena rangkap ini, Pengurus PDM yang penulis wawancarai itu juga mengatakan bahwa bidangnya sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi  masalah ini. Mulai dari menggerakkan anggota keluarga dari pengurus Muhammadiyah untuk akitf di Ortom hingga kegiatan kaderisasi berjenjang yang juga melibatkan ortom dan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Diharapkan dengan upaya tersebut fenomena rangkap jabatan bisa dikurangi dan diatasi. Pasalnya, bila seorang pengurus merangkap banyak jabatan dari berbagai majelis/lembaga di pimpinan, ditambah lagi andaikan pengurus tersebut masih memegang jabatan di Pimpinan Muhammadiyah yang lebih rendah atau lebih tinggi hingga kepengurusan di Ortom. Hal ini dikhawatirkan akan terjadi penumpukan tugas dan sang pengurus bisa kewalahan dan tidak fokus menjalankan tugasnya sebagai pengurus persyarikatan.

Fenomena yang barusan penulis jelaskan tidak hanya terjadi di Muhammadiyah di Balikpapan saja. Tapi bisa jadi, Di hampir seluruh pimpinan Muhammadiyah di seluruh Indonesia pasti mengalami hal yang demikian. Yakni, Kekurangan kader. Kekurangan kader ini bisa menyebabkan tersendatnya perkembangan organisasi. Dikarenakan tidak adanya generasi baru yang bisa melanjutkan, mungkin organisasi tersebut bisa menemui ajalnya.

Oleh karena itu, untuk organisasi sebesar Muhammadiyah, Kaderisasi menjadi salah satu bagian vital di organisasi. Bagaimana tidak, bila tidak ada kaderisasi, maka tidak akan ada regenerasi pemimpin, bila tidak ada regenerasi maka otomatis organisasi tidak akan berkembang dan tinggal menunggu waktu organisasi tersebut akan bubar.  Dalam Muhammadiyah sendiri, Media kaderisasi anggota salah satunya melalui Ortom-Ortom Muhammadiyah. Ortom-Ortom ini mencakup semua lapisan masyarakat yang diharapkan mampu menyerap dan merekrut anggota baru sehingga akan terjadi regenerasi. 

Muhammadiyah memang punya anggota yang tidak banyak, apalagi dibandingkan dengan massa pendukung rivalnya (NU). Yang lebih banyak dibandingkan Muhammadiyah.

Namun, Aset muhammadiyah yang tersebar di segala lini dan di segala penjuru negeri menuntut upaya kaderisasi yang massif namun terstruktur untuk mempertahankan laju roda persyarikatan.

Oleh Karena itu, Perkaderan merupakan elemen penting bagi persyarikatan, karena tanpanya tidak mungkin muhammadiyah bisa bertahan hingga umur yang sudah satu abad lebih




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline