Saat membuka halaman profil, mata saya tertuju pada tulisan 9 November 2010. Ternyata sudah 9 tahun saya resmi menjadi Kompasianer. Artinya saat Kompasiana masuk tahun kedua saya sudah bergabung menjadi anggota. Namun, lamanya bergabung menjadi anggota tidak selalu berbanding lurus dengan kontribusi yang diberikan. Pengalaman saya dapat dijadikan contoh.
Selama 9 tahun saya hanya mampu menghasilkan 46 tulisan. Artinya saya hanya menulis 5 artikel per tahun. Alias hanya menghasilkan satu buah tulisan setiap 73 hari. Sebuah rekor yang sangat buruk untuk saya yang kerap mencantukam kata 'menulis' saat disuruh menjawab pertanyaan mengenai hobi.
Rekor buruk ini juga menunjukkan betapa saya sangat tidak istiqomah dalam menjalani hobi menulis. Dari deretan tanggal munculnya artikel, ada masanya saya begitu aktif menulis - seminggu bisa menghasilkan 3 tulisan. Namun setelah itu vakum selama 8 bulan. Mungkin karena gairah menulis turun. Juga sebab sibuk dengan platform media sosial lain - yang tidak mengharuskan tulisan panjang-panjang.
Karena rekor buruk itu juga saya tidak heran jika centang saya masih tetap hijau. Artinya saya sudah terverifikasi namun dianggap belum layak dibirukan karena masih minim kontribusi hehehe... Sebuah fakta yang harus saya terima dengan lapang dada.
Terlepas dari rekor buruk dan centang yang masih hijau, saya harus mengakui bahwa Kompasiana telah memberi banyak pelajaran. Tidak hanya soal keterampilan menulis, tetapi juga memahami isu-isu yang yang menjadi perhatian utama publik. Saya juga banyak belajar dari Kompasianer lain, tidak hanya seputar teknik penulisan tetapi juga keluasan wawasan dan kedalaman dalam mengulas sebuah tema. Pelajaran ini tidak saya dapatkan di platform media sosial lain.
Selain itu Kompasianer juga berasal dari bermacam ragam latar belakang sosial, serta berdomisili di hampir setiap penjuru bumi. Faktor ini membuat tulisan-tulisan di Kompasiana begitu kaya warna - mulai dari yang disusun dengan super serius hingga yang ditujukan hanya sekadar bercanda dan memancing tawa.
Dengan demikian centang yang tak kunjung biru tidak membuat saya patah semangat. Justru sebaliknya membuat saya kembali bergairah menulis dan bertukar gagasan di Kompasiana.
Dan, menjelang ultah ke-11, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kompasiana semoga semakin eksis sebagai media pembelajaran dan tukar gagasan warganet. Dirgahayu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H