Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Mempertanyakan Sistem Manajemen Plaza Citra dan Sistem Regulasi Bank Mandiri

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(SELURUH CERITA INI SAYA CERITAKAN SAAT SAYA SADAR BERADA DIRUMAH, SAAT DILOKASI SAYA MERASA KURANG SADAR DAN MERASA ADA PENGARUH-PENGARUH SERTA TEKANAN TERTENTU)

Jum’at, 21 Maret 2014 pukul 11.40 WIB saya berencana untuk berbelanja di Metro Swalayan Plaza Citra Jl. Pepaya Pekanbaru. Yang akan saya belanjakan tidak banyak, hanya beberapa kebutuhan pribadi dan hanya akan memakan waktu kurang dari 7 menit untuk seorang mahasiswa berusia 17 tahun seperti saya. Waktu shalat jum’at sekitar pukul 12.20 WIB saat itu dan hemat pikir saya bahwa saya bisa keluar dari Plaza Citra jam 12 kurang dan segera menuju ke masjid Ar-Rahman yang letaknya tak jauh dari Plaza Citra, mungkin sekitar 2 menit. Namun saat saya berada dilantai tiga, tepat didepan pintu masuk texas saya diberi hadiah kecil yang tak pernah saya tahu apa isinya dari beberapa orang sales yang menjual barang-barang elektronik keluarga. Dari situ cerita dimulai. Mereka menyalami dan menanyakan apakah saya seorang mahasiswa dan saya mengiyakan pertanyaan salah satu dari mereka. Kemudian saya diminta untuk menyerahkan KTP yang katanya untuk keperluan survei. Karena saya mahasiswa psikologi yang nantinya akan melakukan banyak survei, saya tidak keberatan untuk menolong sales yang ternyata ‘sialan’ tersebut. Salah satu dari mereka (sales wanita) meminta izin untuk memverifikasi nomor KTP dengan promo dari perusahaannya. Sementara sales wanita berbaju biru kebelakang, sales pria mempromosikan bahwa ada kesempatan belanja gratis di Matahari dengan ATM poin, jika poin yang dimiliki mencapai 2500. Kemudian sales tersebut menanyakan apakah saya memiliki ATM, saya mengiyakan pertanyaannya. Lalu sales wanita kembali dari belakang dan mengatakan bahwa saya berhak mendapatkan promo tersebut karena nomor KTP saya belum pernah digunakan sebelumnya. Untuk mengetahui jumlah poin, mereka menanyakan sisa saldo dari BNI card saya. Saya katakan hanya sekitar Rp. 2.000.000. lalu mereka menghitungnya dengan rumus tertentu dan didapatkan poin saya hanya 2.000. Sales wanita mengatakan bahwa saya berhak menerima hadiah setelah mencabut kupon yang diberikannya. Itu akan terjadi apabila beruntung. Dalam hati ada sedikit yang aneh karena syaratnya adalah 2500 poin, bukan 2000 poin. Untuk menepis segala keraguan, saya berusaha untuk meyakinkan diri bahwa mungkin ini adalah hari keberuntungan bagi saya.

Tetapi ternyata permainan sudah di setting oleh para sales. saya mencabut satu kupon dari 5 kupon yang diberikannya. Saya berhasil mendapatkan hadiah dari kupon yang saya cabut. Disitu tertera gambar 3 macam perlatan elektronik (entah apa namanya), yang saya tahu hanya kompor listrik yang mereka promosikan sebelumnya. Yang jelas mereknya adalah ex-prime. Yang saya herankan adalah, saya diizinkan membuka kupon lainnya dan ternyata, tidak ada hadiah dikupon yang lain. Hanya tulisan “coba lagi” dan semua kupon sudah dalam keadaan lusuh, jelek dan tidak layak disajikan kepada konsumen jika memang, ternyata perusahan para sales yang namanya PRATAMA JAYA ABADI ini adalah perusahan terhormat. Tetapi nyatanya tidak demikian, kupon tersebut tetap masih dipakai. saat itu, datanglah tiga sales lain yang menyalami saya memberikan ucapan selamat. Sales berbaju biru menawarkan agar membawa pulang satu dari tiga barang gratis yang ada didalam kupon. Kemudian mereka kembali menawarkan untuk membawa pulang dua barang lainnya, dengan syarat bahwa saya harus mempromosikan dan memperkenalkan barang tersebut kepada para tetangga dan orang-orang yang saya kenal. Saya tidak keberatan karena tidak ada susahnya hanya sekedar untuk promosi. Kemudian dia mengatakan bahwa saya akan mendapatkan Rp. 4.500.000 selama dua bulan. Jadi, totalnya adalah Rp. 9.000.000 jika ada tetangga yang menginginkan barang tersebut. Intinya hampir sama dengan multi level marketing (MLM), tetapi bedanya saya tidak dikenakan biaya pendaftaran dan hanya disuruh memberikan satu foto ukuran 10R dan fotokopi KTP yang katanya akan digunakan untuk dijadikan model dari produk yag mereka jual. Setelah saya mengiyakan, sales wanita berbaju biru mengeluarkan sebuah kertas ukuran A5 atau seukuran binder kecil dan meminta saya untuk mengisi kolom nama, alamat dan nomor handphone. Saya tidak membaca keseluruhan tulisan yang ada dikertas tersebut. Hemat fikir saya bahwa itu adalah form pendaftaran saja. Dalam hati kecil saya berkata bahwa saya akan segera ke masjid dan pulang tanpa menyerahkah segala syarat yang dimintanya dan saya tidak akan terkoneksi dengan mereka lagi.

Setelah mengisi kolom sekaligus menandatangani, kedua sales (laki-laki dan perempuan) yang sedari awal menghadapi saya menanyakan jika saya mendapatkan sejumlah uang tersebut, mau dikirim kemana? Saya mengatakan lewat rekening saja. Untuk memastikannya, mereka menanyakan apakah di BNI card saya terdapat logo mastercard dan logo link. Awalnya saya tidak mengeluarkan kartu ATM dari dompet. Kemudian mereka memaksa untuk mengeluarkan kartu ATM dari dompet. Saya keluarkan kartu ATM dan saya cek logo mastercard dan link seperti contoh yang mereka tempelkan di dinding kaca salah satu pojok ruangan. sales perempuan yang menggunakan baju kaos biru langsung mengambil dari tangan saya lalu membawanya kebelakang. Sebenarnya saya keberatan. Tetapi mulut saya tidak bisa mengatakan “mau dibawa ke mana kartu ATM saya?” sales laki-laki terus nyerocos tentang promo yang saya tidak mengerti sama sekali. Tidak lama setelah itu, sales wanita kembali dengan membawa3 lembar struk belanja dan terdapat logo bank Mandiri dengan nilai masing-masing 2juta, 990ribu, dan 1 juta. Totalnya 3.990.000.

Dari situ saya baru tersadar kalau mereka telah melakukan transaksi dengan kartu atm saya tanpa izin. Lalu saya meminta kepada mereka untuk mengembalikan uang yang telah mereka ambil itu. mereka mengatakan bahwa untuk kembali uangnya, saya harus menandatangani struk belanja. Karena saya tidak pernah berbelanja dengan sistem debet, maka saya percaya saja. Kemudian saya cek kembali form yang sebelumnya sudah saya isi dengan nama, alamat dan nomor hp dan sudah saya tandatangani. Ternyata form tersebut adalah bon belanja dari toko. setelah saya cek dengan cermat, ada kejanggalan dari bon belanja tersebut. Yaitu:

1.Terdapat 5 poin catatan dengan warna merah dan kesemuanya telah dilingkari oleh sales. Poinnya sbb:

a.Barang-barang yang sudah dibeli tidak bisa ditukar/dikembalikan

b.Uang muka/transaksi yang sudah dilakukan tidak bisa dibatalkan/diambil kembali

c.Kedua belah pihak (penjual & pembeli) telah menyetujui transaksi tersebut diatas tanpa adanya paksaan dari pihak luar manapun & dalam keadaan sehat jasmani & rohani

d.Barang yang dibawah sudah diperiksa/tidak ada kekurangan satupun

e.Harga tidak termasuk ongkos pengiriman.

2.saya disuruh menandatangani dikolom catatan tersebut.

Sepanjang perjalanan hidup saya dan sepanjang saya melakukan transaksi jual beli, saya belum pernah menemukan bon belanja dengan catatan sebanyak itu dan dilingkari seperti itu, terutama poin c. saya mencurigai mereka menggunakan hipnotis saat saya berada disana, karena saya tidak bisa membantah sedikitpun perkataan mereka walau saya merasakan banyak kejanggalan. Beberapa teman dan kerabat yang sudah mendengar kisah dari saya, mereka semua membenarkan bahwa saya telah dihipnotis. Dan salah satu dari teman dekat saya mengakui bahwa salah satu anggota keluarganya juga pernah mengalami hal yang serupa.

Cukup lama saya memberontak disana dan terlihat juga kekhawatiran para sales, terbukti salah satu dari mereka menjauh karena mungkin merasa tidak aman. Setelah cukup lama, saya dibawa kekantor yang letaknya dilantai dasar. Disitu saya diinterogasi oleh bossnya para sales atau istilah yang lebih kerennya barangkali manajer marketing. Saya berada disana hampir 3 jam. Gelagatnya berpura-pura berpihak kepada saya. Berbagai macam pendekatan dilakukan, mulai dari diajak sholat jum’at, dibuatkan minuman, bahkan sampai ditawarkan duduk disofa yang letaknya diruangan sebelah dalam. Kesemuanya saya tolak. Kepanikan terus saja melanda. Yang ada didalam pikiran saya bukan sholat jum’at lagi. Saat pukul 13.00 lewat sedikit, saya minta untuk ditemani sholat zuhur dimushalla yang terletak didekat parkiran.

Setelah selesai shalat, si manajer marketing ini ternyata memanfaatkan suasana hati saya yang sedang tenang. Dihajarnya saya dengan kalimat motivasi-motivasi yang tujuan akhirnya adalah mengikhlaskan semua transaksi. Entah apa yang membuat saya akhirnya mendengarkan perkataannya bahwa, barang yang sudah dibeli tadi tidak bisa dikembalikan uangnya langsung, harus menunggu hari senin dan hanya dikembalikan 50%. Perkataannya membuat saya khawatir, jika saya datang hari senin dan ternyata mereka tidak merespon kedatangan saya, maka hilanglah semua uang saya, Dari situ saya mulai marah lagi. Keadaan kembali tidak kondusif. Kemudian dia menyarankan untuk mengganti dengan barang yang dianggap lebih bermanfaat dan akan berjanji untuk menjualnya kembali sehingga uang saya 3.990.000 itu bisa kembali dan dia mendapatkan untung. Begitu pernyataannya. Dia mengatakan akan menjualkan barang yang saya bawa pulang dihari sabtu dan minggu karena banyak pengunjung plaza citra yang datang. Dia juga menambahkan akan menjemput langsung barang tersebut jika ada pembelinya. Saya menawarkan untuk meninggalkan barang tersebut dikantornya, tetapi ditolak dengan alasan takut hilang. Pikiran yang sudah tidak karuan, membuat saya mengiyakan saja semua perkataannya.

Sebelum akhirnya saya pulang, si manajer marketing menganti bon belanja sebelumnya dengan bon belanja yang baru. Disitu ditulis 1 unit mineral pot dan 2 bonus yakni 1 unit hand massage dan 1 unit home theater. Total harga 4.990.000 dan dibawahnya ditulis diskon 1.000.000. jadi, totalnya tetap seperti semula, 3.990.000. saya diminta untuk menandatangani sekaligus tiga tanda tangan. Pertama, tempat tanda tangan normal seperti bon belanja pada umumnya. Kedua, dikolom catatan dengan tulisan merah, disitu tidak ada tempat untuk tanda tangan, namun ditarik garis yang menandakan persetujuan seluruh poin. Ketiga, si manajer marketing membuat satu catatan tambahan dengan pena: “barang atas permintaan customer” dan saya juga disuruh untuk menandatangani di catatan tersebut.

Aneh! Si manajer marketing telah benar-benar membuat saya tidak punya bukti apapun jika saya melaporkan ke kepolisian. Dengan bukti bon belanja? Lihat saja, satu bon terdapat tiga tanda tangan saya. Bahkan ayah saya yang sudah hidup lebih dari setengah abad belum pernah belanja, kemudian menandatangani sampai tiga tandatangan dalam satu bon belanja. Saya benar-benar telah diperdaya. Saya tidak bisa membantah kata-katanya. Saya telah diperdaya untuk percaya pada semua yang dia katakan. Tetapi pada kenyataannya, semuanya adalah BOHONG!!!. Sampai pada saat penulisan kisah ini selesai dan diterbitkan, tidak ada telefon dari mereka sama sekali. Niat mereka menolong adalah modus penipuan yang mereka lakukan terhadap saya yang pada jam tersebut sudah tergolong tidak sehat secara keseluruhan karena tidak bisa berfikir dengan jernih lagi.

Sebelumnya teman saya juga mengalami hal yang sama. Kejadiannya sekitar lebaran 2013. Uang yang raib senilai Rp.2000.000 dan berada dilokasi yang sama dengan merk produk yang sama pula. Harga yang dipasang juga tidak masuk akal setelah saya browsing di internet.

Yang menjadi pertanyaan besar bagi saya adalah:

1.Bagaimana system manajemen sekelas Plaza Citra yang notabenenya adalah tempat belanja masyarakat pekanbaru tidak selektif dan membiarkan perusahaan penipu PRATAMA JAYA ABADI beroperasi dan melakukan aksi menipunya di sana dan merugikan para pelanggan? Bukankah ini juga merugikan untuk plaza citra sendiri?

2.Bagaimana system regulasi bank mandiri menegeluarkan izin mesin penarik debet (scammer) pada perusahaan penipu tersebut?

3.Apakah PLAZA CITRA dan Bank Mandiri hanya mengambil keuntungan saja tanpa memperhitungkan resiko bagi masyarakat, penipuan seperti ini benar-benar merugikan?

4.Bagi masyarakat, hendaknya lebih selektif lagi memilih tempat belanja. Jangan sampai kejadian yang sama terjadi pada mereka yang tidak tahu apa-apa.

Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline