Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Semangat Kewirausahaan Nasional

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masalah perekonomian nasional selalu menjadi hal yang demikian menarik untuk dibahas. Hal tersebut terutama pada kondisi dewasa ini, di mana terjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat pada beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia. Menurut data World Bank, Goldman Sachs, Indonesia menjadi satu-satunya negara di ASEAN yang berhasil menembus jajaran G20, yaitu dua puluh negara dengan angka GDP (Growth Domestic Product) tertinggi di dunia. Dalam data tersebut, pada 2012, Indonesia sukses menempati peringkat ke-16 dengan angka GDP 0,88 triliun US$. Selanjutnya, pada tahun 2050, posisi Indonesia diproyeksikan akan naik menjadi peringkat ke-9 dengan angka GDP 6,04 US$.

Hal ini tentunya menjadi suatu prestasi bagi Indonesia setelah masa keterpurukan sejak 1998. Tetapi yang perlu dicatat bahwa hal ini juga menjadi tantangan, terutama jika dikaitkan dengan permasalahan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. Berimbangkah pencapaian ekonomi tersebut dengan kondisi nyata di lapangan? Kenyataannya, nyaris setiap tahun, tenaga kerja atau buruh di Indonesia selalu turun ke jalan untuk menuntut kesejahteraan yang lebih baik. Hasil kajian lebih lanjut dari Bank Dunia dan CSIS memberikan gambaran nyata mengenai persoalan dalam penyediaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Tingginya angka tenaga kerja tidak berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran di Indonesia pun terbilang masih cukup tinggi di tengah perekonomian Indonesia yang terus tumbuh tinggi.

Lantas bagaimanakah solusi untuk menekan angka pengangguran tersebut jika usaha penyediaan lapangan pekerjaan pun masih terbatas? Hal ini sangat penting sekali untuk dijawab mengingat lingkungan dan persaingan ekonomi dunia yang semakin kompetitif. Kompetisi tersebut terwujud dalam berbagai tantangan makro dan mikro ekonomi yang kini muncul dan tengah dihadapi oleh Indonesia. Salah satu tantangan besar yang kini semakin dekat adalah AEC (Asean Economic Community) yang akan semakin terlihat pada 2015. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia untuk bertahan dan berkembang di dalam kompetisi semakin berat. Untuk itu, bukan hanya persiapan di dalam menghadapi kondisi tersebut yang dibutuhkan, melainkan juga taktik yang cerdas dan strategis untuk memainkan situasi yang ada.

Dalam hal ini, pemain utama suatu negara seperti Indonesia di dalam menghadapi persaingan ekonomi yang semakin menguat adalah generasi muda. Hal ini disebabkan karena generasi muda yang kini dan pada akhirnya akan terjun ke dalam kompetisi, dengan bermodalkan kemampuan, keterampilan, pengalaman yang telah dipersiapkan. Kondisi ekonomi yang cenderung kurang stabil dan sulit dipastikan membuat generasi muda memerlukan pembelajaran dan bimbingan agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang begitu cepat. Untuk itu, perlu adanya peningkatan ‘investasi’ pada generasi muda agar siap memasuki persaingan ekonomi yang semakin kompetitif dan terbuka di masa kini dan masa mendatang.

Investasi tersebut terwujud melalui pembentukan budaya entrepreneurship atau kewirausahaan di kalangan muda. Hal ini disebabkan oleh pentingnya menumbuhkan jiwa dan semangat untuk berkreasi dan berwirausaha di tengah kondisi angka pengangguran yang kini sulit direduksi dan ada kecenderungan mengalami peningkatan. Kewirausahaan menjadi salah satu alternatif cara untuk menyelesaikan masalah pengangguran di mana generasi muda dibimbing untuk tidak hanya memiliki mental ‘pekerja’, tetapi lebih dari itu, agar dapat memiliki pemikiran out of the box terhadap situasi yang ada dan berani mengambil langkah dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Kewirausahaan dapat menjadi alat untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya serta untuk menggairahkan pertumbuhan perekonomian di negeri ini. Seorang wirausahawan tidak perlu tergantung kepada gaji yang diberikan pemerintah atau orang lain, bahkan sebaliknya, dengan omset yang dimilikinya seorang wirausahawan justru memberikan pajak yang ikut menstabilkan perekonomian nasional.

Tetapi apakah kewirausahaan memang layak dan sesuai menjadi pilihan para generasi muda Indonesia? Bagaimana membentuk dan menjamin kesiapan mental, karakter, serta kemampuan para pemuda untuk menjadi wirausahawan sejati yang mampu terus bertahan dan membentuk kemajuan bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya? Kita tahu bahwa dunia bisnis adalah dunia yang tidak pasti dan cenderung tidak stabil. Bisnis tidak dapat menjanjikan stabilitas dan kemapanan abadi sekalipun untuk mereka yang berkemampuan tinggi dan sangat berbakat. Hal ini mungkin yang menjadi salah satu faktor kurangnya minat para generasi muda untuk mau dan berani berwirausaha di Indonesia. Akibatnya, negara ini pun kekurangan pebisnis dan wirausahawan yang mampu turut andil dalam memperbaiki perekonomian negara. Di saat suatu negara normalnya memiliki jumlah wirausahawan lebih dari 2%, berdasarkan data Harian Kompas pada 14 Februari 2011, Indonesia masih bertahan di angka 0,6%. Angka ini jauh di bawah negara lainnya, bahkan dengan negara tetangga sekalipun seperti Malaysia (2,1%), Thailand (4%), dan Singapura (7,2%).

Hal ini pada akhirnya menjadi sorotan Pemerintah. Melalui GKN (Gerakan Kewirausahaan Nasional) yang diluncurkan pada 2 Februari 2011, Pemerintah akhirnya berhasil meningkatkan rasio kewirausahaan menjadi 1,56% pada 2012 atau sejumlah 3,744 juta wirausahawan.  Tetapi apakah angka ini sudah cukup? Kita tentu tahu jawabannya. Proporsi wirausaha Indonesia yang baru mencapai sekitar 1,56% dari populasi penduduk dirasakan masih sangat kurang untuk mendukung akselerasi pembangunan ekonomi. Mengutip pemikiran sosiolog David McCleiland, untuk mencapai standar minimal 2% sebagaimana prasyarat suksesnya pembangunan ekonomi suatu negara, Indonesia masih membutuhkan sekitar 4,2 juta wirausahawan dari total populasi penduduk Indonesia.

Sulitkah meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia? Hal ini bisa terlihat dari pencapaian GKN yang telah dilakukan pemerintah. Sebagai sebuah gerakan kinerja, sepanjang 2012 GKN telah memainkan peran yang memberikan dampak begitu berarti. Melalui GKN tersebut, Pemerintah berhasil melakukan peningkatan dramatis jumlah wirausahawan yang semula 570.339 orang pada 2011 (0,6%) menjadi 3.707.205 orang (1,56%) pada akhir 2012. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya minat dan semangat berwirausaha penduduk Indonesia terutama kalangan muda sudah tertanam namun belum tergali. Yang masih menjadi masalah adalah dukungan dan fasilitas yang tersedia dari Pemerintah dan segenap pihak lainnya. Faktor eksternal ini menjadi begitu penting di dalam membangkitkan semangat generasi muda di dalam belajar mengembangkan inovasi yang dimilikinya, dan yang terpenting membentuk profil pribadinya yang menunjang jiwa kewirausahaan.

Jika kita belajar dari negara lain, kita akan tahu seberapa besar peran pemerintah di dalam menumbuhkan kewirausahaan, dan seberapa besar peran kewirausahaan dalam menumbuhkan perekonomian negara. Sebagai contoh, Korea Selatan merupakan satu negara yang mengalami perkembangan sangat pesat dalam empat dekade terakhir. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang mengalihkan orientasi ekonomi negara gingseng tersebut dari pertanian menjadi industri perdagangan yang melibatkan kewirausahaan. Menurut Profesor Kangyong, usai perang dunia dua, Korea Selatan sebenarnya termasuk dalam salah satu negara termiskin di dunia yang masih mengandalkan bidang pertanian. Akan tetapi, berbekal sikap kepemimpinan yang kuat dan pemerintahan yang bersih, Pemerintah Korea Selatan berhasil mengajak kalangan pengusaha di negara tersebut untuk memajukan bangsa. Di sini, sangat terlihat peran Pemerintah dalam mengenalkan kewirausahaan sejak dini melalui pendidikan kepada generasi muda Korea Selatan sehingga dengan mudah, masyarakat Korea Selatan melanjutkan semangat berwirausahanya ketika duduk di tingkat pendidikan selanjutnya. Pemerintah Korea Selatan secara konsisten memberikan perhatian dan dukungan yang kuat terhadap pendidikan, penelitian, dan pembangunan sumber daya manusia untuk berwirausaha. Akibatnya, jiwa kewirausahaan masyarakat Korea Selatan pun tumbuh dengan kuat dan menjadi salah satu faktor yang turut berkontribusi dalam kesuksesan pembangunan ekonomi Korea Selatan, terutama melalui sektor industri perdagangan yang kini mampu menguasai dunia.

Lalu bagaimanakah dengan dukungan Pemerintah Indonesia terhadap jiwa kewirausahaan di dalam negerinya? Meskipun terlambat dan masih belum maksimal di dalam mengajak kalangan pengusaha untuk membangun perekonomian nasional, Pemerintah Indonesia terus berupaya menumbuhkan semangat berwirausaha di generasi muda. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia terus menggulirkan program-program pemberdayaan wirausaha. Sebagai contoh yaitu program wirausaha 1000 sarjana, program pelatihan kewirausahaan, bantuan sosial dan perkuatan, bantuan atau kredit dana bergulir, Kredit Usaha Rakyat (KUR), program kemitraan dan bina lingkungan, program pembiayaan melalui CSR (Corporate Social Responsibility), PNPM Mandiri, dan program pelatihan untuk TKI. Dengan ini, Pemerintah optimis bahwa pada akhir 2014, Indonesia akan mampu memiliki wirausaha sebesar 2% dari total populasi penduduk.

Lantas, apakah permasalahan kewirausahaan hanya seputar menumbuhkan budaya kewirausahaan yang masih rendah di masyarakat? Tidak. Tantangan lain yang harus dihadapi dan merupakan tantangan mikro ekonomi Indonesia, yaitu pergerakan kewirausahaan nasional yang masih sporadis dan masih terbatasnya platform kewirausahaan Indonesia dalam skala global. Hal ini menjadi sangat begitu penting karena melihat tantangan makro ekonomi ke depannya, para wirausahawan Indonesia diharapkan mampu memiliki wawasan serta jaringan bisnis dan kewirausahaan dalam skala global. Untuk itu, di sini peran pemerintah semata tidak cukup. Para wirausahawan tersebut harus aktif di dalam berbagai forum kewirausahaan untuk meningkatkan semangat, keterampilan, dan kemampuan mereka di dalam mengembangkan kewirausahaan yang tengah dijalankan. Forum kewirausahaan internasional menjadi kunci tahap selanjutnya di dalam mengembangkan kewirausahaan nasional setelah kerja keras pemerintah di dalam meningkatkan jumlah wirausaha dalam negeri.

Akan tetapi, kenyataannya, forum-forum yang dimaksud untuk sebagai mediator antara para stakeholder kewirausahaan lokal dengan para stakeholder kewirausahaan Internasional di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, forum kewirausahaan yang bekerja sama dengan lembaga bisnis dan kewirausahaan internasional sangat memungkinkan dan sangat berpotensi untuk diinisiasi dan dikembangkan di Indonesia. Melalui forum ini, para stakeholder kewirausahaan seperti wirausahawan, politisi, service provider, kaum expert, akademisi, dan investor dapat dipertemukan dalam satu lingkungan khusus. Di sini akan tersedia banyak peluang bagi para wirausahawan lokal Indonesia untuk meningkatkan wawasan, kapasitas, dan jaringan bisnis dan kewirausahaan, serta mempromosikan kewirausahaan Indonesia di mata dunia. Pada akhirnya hal ini juga akan berdampak positif bagi Pemerintah di dalam menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline