Lihat ke Halaman Asli

Indikator Kesetaraan Gender dan Permasalahan Gender di Bidang Pendidikan

Diperbarui: 27 Maret 2024   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gender merupakan konstruksi sosio-kultural yang diatribusikan oleh masyarakat kepada laki-laki dan perempuan. Misalnya, wanita itu lembut, penyayang, sabar, dan gigih. Pada saat yang sama, laki-laki tegas, berwibawa, tidak merengek, dll. Perbedaan antar jenis kelamin ini kemudian diperkuat dengan mitos dan pembagian kerja berdasarkan gender yang pada praktiknya masih menimbulkan ketidakadilan terhadap perempuan. Misalnya, jika keluarga mempunyai sumber daya keuangan yang terbatas untuk menyekolahkan anaknya, maka anak laki-laki lebih diutamakan untuk melanjutkan sekolah. Anak perempuan harus menerima hal ini karena "saat anak perempuan pergi ke sekolah, mereka pergi ke dapur." Kesetaraan gender, atau pandangan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan dan kesempatan yang sama dalam segala bidang, diperlukan untuk menghilangkan diskriminasi tersebut di atas. Kesetaraan gender bukan berarti perempuan harus sama dengan laki-laki, karena perempuan pada dasarnya berbeda dengan laki-laki. Kesetaraan gender berarti negara mengambil langkah-langkah untuk memberikan kesempatan dan hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan.

Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa nilai-nilai budaya dan sosial yang ada di Indonesia saat ini telah meminggirkan peran perempuan di Indonesia dan khususnya dalam bidang kemanusiaan. situasi yang benar, diskriminasi terhadap perempuan di Indonesia. Permasalahan gender di Indonesia merupakan permasalahan yang kompleks karena merupakan permasalahan yang memiliki banyak segi. Di Indonesia, isu gender seringkali berbenturan dengan isu budaya dan agama sehingga memunculkan banyak perspektif.

Perbedaan gender disebabkan oleh banyak hal, antara lain pembentukan, sosialisasi, penguatan, bahkan konstruksi sosial budaya melalui ajaran agama dan kebangsaan. Seperti halnya pada masa Orde Baru, terdapat organisasi-organisasi yang khusus menyasar perempuan, seperti PKK. Kegiatan PKK menyangkut peran ibu/ibu rumah tangga; tidak membahas masalah politik, pemerintahan atau urusan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline