Lihat ke Halaman Asli

Jeleknya Moralitas Anggota DPR

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) berfungsi untuk memutuskan kebijakan pemerintah yang disitu harus sesuai dengan suara rakyat, dalam artian dialah wakil rakyat, yang selalu mengawasi kinerja pemerintah dan memutuskan undang-undang.

Namun apa jadinya apabila wakil rakyat kita selalu memberikan contoh yang jelek terhadap kita. Ternyata banyaknya anak SMP dan SMA yang hamil diluar nikah dan melakukan hubungan asusila memang sudah marak di negara ini. Sepertinya itu sudah menjadi tren masa kini. Dan ternyata ada juga yang tidak mau ketinggalan tren masa kini, yaitu para anggota DPR. Mereka sudah melakukan hal yang tidak bermoral sama sekali, tidak patut untuk dicontoh oleh generasi kita, yaitu melakukan tindakan asusila.

Seharusnya mereka malu dengan rakyat, mereka sudah dipilih oleh rakyat, di yakini oleh rakyat bahwa mereka bisa mensejahterakan rakyat, dan memiliki fasilitas yang mewah, tetapi mereka malah melakukan tindakan yang tidak sepantasnya. Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi, beberapa anggota DPR dari berbagai periode juga pernah ada yang terlibat seperti ini. Sudah saatnya ada gebrakan baru dalam mengatasi masalah tersebut.

perlu adanya pengawasan dan tindakan tegas di partai juga sangat diperlukan, karena dalam pemilihan legislatif semua wakil rakyat adalah dari partai, jadi pengawasan dan tindakan tegas seperti memecat anggota DPR tersebut dari partai adalah salah satu tindakan tegas dari partai dan memberikan pelajaran tentang moralitas adalah salah satu pengawasan dari partai.

Tidak hanya itu, dari pihak KPU yang menyelenggarkan pemilu juga melakukan perubahan dalam pelaksanaan pemilihan umum anggota legislatif. Sebelum mereka menjadi calon anggota legislatif diperlukan tes etika dan moralitas terhadap calon anggota legislatif agar mereka tidak hanya secara fiktif mereka lulus, yaitu bukti-bukti sertifikat kelulusan dan pengalaman mereka lulus, tapi secara riil mereka juga harus lulus, yaitu bahwa mereka bisa menerapkan pelajaran moralitas yang mereka dapat sejak mereka sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline