Lihat ke Halaman Asli

Kharisa Tyas

Penulis Artikel

Sejarah Singkat Keraton Yogyakarta Hadiningrat

Diperbarui: 1 Juli 2024   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Google.com

Pendirian dan Tahun-Tahun Awal (1755-1792)

Keraton Yogyakarta Hadiningrat didirikan pada tahun 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I, seorang pangeran Jawa yang setia kepada Perusahaan Hindia Timur Belanda. Beliau melarikan diri dari ibu kotanya di Kartosuro, Jawa Tengah, setelah terjadi konflik dengan Belanda. Ia mendirikan ibu kota baru di Yogyakarta, yang saat itu merupakan kota kecil yang dikelilingi oleh persawahan.

Awalnya, Keraton merupakan bangunan sederhana yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan halaman kecil dan beberapa bangunan. Istana Sultan dikenal karena prestasi budaya dan seninya, dengan banyak seniman dan intelektual terkemuka yang tinggal di dalam tembok istana.

Zaman Keemasan (1792-1825)

Keraton Yogyakarta mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II (1792-1825). Ia merupakan penguasa yang bijaksana dan adil yang memajukan pendidikan, seni, dan budaya. Ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan dan Seni Yogyakarta, yang menjadi pusat pembelajaran dan kegiatan intelektual.

Pada periode ini, Keraton mengalami renovasi dan perluasan yang signifikan. Sultan menugaskan banyak bangunan baru, termasuk Istana Air (Taman Sari) yang ikonik, yang dibangun pada tahun 1800. Kompleks istana juga menjadi pusat pembelajaran Islam, dengan banyak cendekiawan dan teolog yang tinggal di dalam temboknya.

Era Kolonial (1825-1945)

Keraton menghadapi tantangan yang signifikan selama era kolonial, ketika Perusahaan Hindia Timur Belanda berusaha menguasai wilayah tersebut. Istana Sultan terpaksa beradaptasi dengan pemerintahan kolonial, dan banyak lembaga tradisionalnya ditindas.

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Keraton terus berkembang sebagai pusat kebudayaan dan intelektual. Banyak seniman dan intelektual Jawa yang terus menghasilkan karya seni dan sastra, seringkali dipengaruhi oleh budaya tradisional Jawa.

Kemerdekaan dan Era Modern (1945-sekarang)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline