Lihat ke Halaman Asli

Khanza Shafira Diankusuma

Undergraduate Psychology Student at Universitas Tarumanagara | Head of Marketing, PR, and Communications at Kasaya Indonesia

Anak Belajar Hybrid, Bagaimana Penyesuaian Pola Asuh Orang Tua?

Diperbarui: 21 Juni 2022   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sekolah di zaman corona | Sumber foto: rm.id

Oleh: Khanza Shafira Diankusuma (Mahasiswa Program Studi Psikologi Jenjang Sarjana Universitas Tarumanagara) | Rahmah Hastuti, M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

Semenjak kasus pandemi COVID-19 menurun pada Mei 2022, pemerintah menganjurkan sekolah untuk menerapkan metode Hybrid Learning. Perlahan anak di sekolah mulai melakukan adaptasi terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

 Hybrid Learning merupakan proses pembelajaran yang menggabungkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pertemuan tatap muka (PTM). Dengan kata lain, proses belajar daring dan luring dipadukan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.

Pastinya juga tidak hanya pihak guru yang menunjang metode ini, hal itu tentunya  akan mempengaruhi orang tua untuk melakukan penyesuaian kembali dalam mengawasi dan menerapkan pola asuh yang baru atau berbeda terhadap pola belajar anak pada saat Hybrid Learning.

Ilustrasi tulisan hybrid learning | Sumber foto: unsplash.com

Kondisi anak belajar saat hybrid

Kondisi belajar anak pada saat hybrid akan sangat membutuhkan dukungan ekstra dari orang tua. Siswa diharuskan untuk menggunakan teknologi atau media belajar yang serba online seperti video conference, tugas, ujian, dan absensi seringkali juga dilakukan via website

Setelah belajar di sekolah dengan pemaparan langsung oleh guru, siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu belajar di dalam rumah. Padahal belum tentu orang tua menguasai materi yang diajarkan di sekolah.

 

Peran orang tua

Menurut teori mengenai pola asuh orang tua yang dijelaskan oleh Epstein (2009) yang dapat diterapkan selama masa transisi pandemi, yaitu:

  • Orang tua dapat memastikan bahwa kesehatan anak terjaga dengan optimal, sehingga mereka dapat menjalani pembelajaran dengan baik.
  • Orang tua dapat menerapkan peraturan yang jelas mengenai batasan-batasan dalam penggunaan gadget. Kesepakatan harus sesuai dengan kebutuhan kapan anak menggunakan gadget untuk belajar dan kapan saatnya untuk tidak menggunakan.
  • Untuk menghilangkan rasa kejenuhan, orang tua dapat mengajak bermain atau melakukan rekreasi bersama anak.
  • Menjadi orang tua yang memiliki perhatian lebih terhadap proses belajar anak, akan meningkatkan motivasi belajar.

Berdasarkan pengalaman saya melakukan observasi di salah satu SD swasta di Jakarta Utara, dampak positif belajar hybrid untuk anak yaitu a) anak akan lebih memahami pelajaran, b) anak lebih banyak melakukan interaksi sosial, dan c) mengurangi kejenuhan anak.

Namun, dibalik manfaat yang ada, juga terdapat dampak negatif terhadap anak yang diharuskan untuk belajar secara hybrid seperti a) peningkatan kasus COVID-19, b) penyesuaian kembali dengan pembagian waktu belajar yang cukup bervariasi, c) bergantung pada jaringan internet yang terkadang kurang stabil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline