Hidup serba berkecukupan dengan lahan yang begitu luas, serta sebagian usaha yang diwariskan ayahnya sebelum meninggal, membuat anak dari mantan pengusaha sukses di kotanya menjalani hidup mewah dengan notabene sebagai pewaris harta turunan ayahnya. Sebenarnya ia bukanlah satu-satunya pewaris. Ia dipercaya oleh saudaranya untuk mengurus harta tersebut serta melunasi hutang ayahnya semasa hidup.
Ia dikenal sebagai sosok yang dermawan kepada siapapun, gemar membangun relasi dengan orang-orang yang baru yang ditemuinya, dan banyak lagi pujian yang dilontarkan orang-orang di sekitarnya.
Dahulu, semasa ia baru diberikan warisan, ia selalu membelanjakan uangnya untuk hal yang tidak penting. Ia selalu mencari pujian dengan membelanjakan orang-orang yang ia anggap sebagai teman dan siapa pun yang ia baru kenal.
Namun begitu di rumah, ia sangat berbeda. Semua gelar kedermawanannya tak berlaku ketika ia berada di rumah. Bukannya lebih royal, ia justru lebih perhitungan terhadap keluarganya.
Hingga akhirnya kini seluruh harta warisannya satu persatu mulai habis dan bertubi-tubi masalah menghantamnya. Dan disaat seperti ini, hanyalah keluarganya yang peduli. Semua orang yang ia anggap sebagai teman tak ada satupun yang mau menolongnya disaat ia kesulitan. Ia mulai merenungi keadaannya.
Setelah semua hal buruk yang menimpanya, barulah ia sadar bahwa tidak ada satupun orang yang akan selalu ada disaat susah maupun senang kecuali keluarga. Ia pun meminta maaf dan mulai memperbaiki dirinya.
Pesan yang dapat diambil pada cerita yaitu bijaklah dalam memilih teman dan jangan sampai mengabaikan keluarga karena merekalah yang akan selalu ada disaat sulit maupun senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H