Lihat ke Halaman Asli

Stop Menormalisasikan Pacaran! Pandangan Islam dan Dampaknya

Diperbarui: 24 Mei 2024   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Di era globalisasi perubahan sosial yang terjadi dengan begitu pesat dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Akibatnya banyak pengaruh luar yang masuk mengakibatkan berubahnya moral, nilai-nilai dan norma-norma serta gaya hidup yang berubah. Dengan terjadinya globalisasi mengakibatkan pengikisan budaya, remaja yang sudah tak terjaga lagi sistem keluarganya, serta nilai-nilai tradisional yang ada. Dampak dari globalisasi ini memiliki kecenderungan pada pegaulan bebas remaja dengan lawan jenisnya mulai menyebar dan menjadi satu masuk ke budaya timur.

Salah satu bentuk fenomena yang terjadi adalah pacaran. Berpacaran berasal dari KBBI dari kata pacar yakni teman lawan jenis yang tetap dan memiliki hubungan batin yang biasa untuk menjadi tunangan atau kekasih. Sedangkan menurut istilah pacaran adalah pergaulan antara pria dan wanita, pada dasarnnya diperbolehkan sampai batas wajar yang tidak menimbulkan peluang untuk melakukan dosa. Di era ini pacaran dianggap hal biasa yang dilakukan sebelum menuju pernikahan. Banyak hal negatif yang terjadi dikalangan remaja yang mengikuti trend pacaran. Banyak orang tua yang membuka hati bagi anak-anaknya untuk berpacaran.

Dalam pandangan Islam sendiri, tidak ada pacaran dalam islam, didasarkan pada surah Al-Isra' ayat 32, "janganlah engkau mendekati zina". Adapula yang berpendapat pacaran boleh dilakukan dengan maksud untuk saling mengenal (ta'aruf) Allah menganjurkan untuk saling mengenal dan mengetahui dengan baik satu sama lain. 

Dalam tradisi lampau adat Melayu yakni pacaran, sebuah tradisi dimana perempuan yang hendak dilamar akan dipakaikan daun pacar di tangannya dan selama 40 hari berada dirumah tidak bertemu dengan pria yang hendak melamarnya. Selama 40 hari tersebut sang perempuan yang hendak menikah akan belajar dengan ibunya untuk mejadi istri yang baik dan sholehah.

Dampak yang terjadi dari berpacaran ini beragam dan lebih sering muncul dampak negatif. Sebagian mungkin akan merasakan dampak positif dari berpacaran seperti meningkatkan semangat, merasa lebih diperhatiakan dan hal lainnya. Namun jika ditinjau lebih dalam banyak dampak negatif yang dapat kita lihat seperti pengeluaran yang lebih dibanding sebelum berpacaran, menyesal ketika sudah putus, atau bahkan hamil diluar nikah sampai hal terburuknya adalah kematian. Hal ini sudah sering kita liat di media sosial banyak kasus remaja yang sudah hamil diluar nikah, banyak juga kasus kematian karena putus cinta atau karena sang pujaan tak menikahinya akhirnya nekat membunuhnya.

Banyak mudaratnya dari berpacaran ini. Allah tidak melarang hambanya untuk saling mengenal tapi kita juga harus paham akan batasan-batasan yang Allah berikan. Hal ini ada karena maksud tersendiri, yakni demi kebaikan setiap hambanya. Maka dari itu hendaknya kita mulai memperbaiki diri. Adapun para orang tua juga harus menyadari bahwa pacaran bukan hal yang baik terutama untuk anak remaja. Karena semua ini berawal dari pola asuh orang tua terhadap anaknya.

Maka daripada itu hendaknya para orang tua mulai mengajarkan batasan-batasan lawan jenis kepada anaknya. Menyukai boleh namun tidak dengan cara yang diharamkan Allah. Serta para remaja yang harus membentengi diri dengan memperbanyak do'a dan shalat agar terhindar dari perbuatan dosa dan menjauhkan diri dari perbuatan zina.

Pacaran adalah budaya barat, dan juga tidak ada didalam ajaran Islam. Hendaknya kita sebagai umat Islam harus bisa memfilter diri terhadap budaya luar yang masuk sehingga tidak membiarkan hal buruk menjadi sebuah trend atau bahkan menjadi hal yang biasa dimata masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline