Lihat ke Halaman Asli

Wanita Sebagai Pemandu Peradaban

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1382227694939775724

Emansiapasi dan kesetaraan wanita yang sekian lama digembor-gemborkan oleh Raden Ajeng Kartini pada masanya menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan. Penting bagi kita untuk kembali merefleksikan peran serta wanita dalam kehidupan, khususnya peran strategis wanita dalam pembentukan masyarakat.

Wanita yang dahulu hanya dipandang sebagai wanita, hanya berhak mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah mahluk yang harus berada di luar rumah, kemudian dengan adanya perkembangan jaman dan emansipasi akhirnya wanita memperoleh hak yang sama dengan laki-laki.

Saat ini kita dapat menemukan banyak pekerjaan laki-laki yang dikerjakan oleh wanita dan dengan tidak meninggalkan sifat-sifat asli wanita. Menjadi kepala jawatan atau presiden pun tidak akan meninggalkan sifat-sifat kewanitaan tadi, karena jabatan-jabatan ini didasari oleh kecerdasan dan pemikiran yang memegang dapat dimiliki oleh laki-laki dan wanita. Semuanya memiliki potensi dan kualitas yang sama tanpa memandang perbedaan gender. Dalam hal ini yang harus digaris bawahi adalah berkenaan dengan dimana tempat seharusnya potensi itu di terapkan. Laki-laki sebagai kepala keluarga, dengan seluruh potensi yang dimilikinya akan lebih bermanfaat saat digunakan sebagai mestinya, yakni suami yang mencari nafkah bagi anak dan isteri mereka. Perempuan dengan segala kecerdasan dan kelembutannya akan lebih sempurna jika potensi itu di terapkan dalam lingkup keluarga, yakni mendidik anak-anak mereka agar kelak menjadi generasi yang membanggakan di masa depan.

Feminisme di abad ini sukses membuat para wanita lalai dengan Peran dan fungsi wanita yang sebarnya. Wanita saat telah lengah terhadap posisi dimana wanita itu dapat menjadi seorang wanita seutuhnya, bukan hanya mengejar karir sampai meninggalkan fitrah sebagai wanita itu sendidri. Sifat-sifat asli dari wanita sangat berfungsi bagi kualitas hidup anak-anaknya, apabila ibu dari anak-anak itu baik dan berkompeten, maka akan baik pula keturunannya. Disini telah jelas bahwa peran dan fungsi strategis wanita  adalah sebagai media sosialisasi dan edukasi sejak  dini pada anak-anak mereka demi membentuk SDM yang berkualitas di masa depan. Sangat disesali saat ini para ibu yang seharunya menjalankan peran dan fungsinya sebagai ibu, justru menyerahkan segala tanggung jawabnya kepada lembaga-lembaga pendidikan yang telah disusupi nilai-nilai wertesnisasi yang menyebabkan suburnyapendangan berbagai isme dan parahnya isme-isme tersebut dijadikan pedoman hidup masa kini.

Dengan memahami peran strategis wanita dalam pembentukan masyarakat, maka seorang wanita akan dapat memberi kontribusi besar dalam pembentukan peradaban. Kaum wanita memiliki kedudukan yang sama dalam berusaha dan bekerja, berpendidikan dan berkarya. Hanya saja budaya masyarakat yang telah ternodai oleh pemikiran femisme menjadikan wanita tidak tau akan perannya sebagai wanita yang sesungguhnya. Eksplotaisi terhadap kaum wanita dibungkus rapi dalam bentuk gerakan feminisme, emansipasi, dan sebagainya.

Konsep kesetaraan pendidikan bagi wanita pun tidak terlepas dari bumbu femisme. Mirisnya  bertahun-tahun konsep kesetaraan pendidikan bagi wanita untuk dapat belajar tentang ilmu yang berbau akademis guna nantinya menjadi seorang yang profesional di bidangnya masing-masing. Sampai-sampai lupa belajar menjadi profesi yang pasti dianugrahkan kepadanya (cepat atau lambat). Menjadi seorang ibu.

Sayangnya tidak semua wanita memahami hal ini. Sehingga masih banyak yang enggan belajar sepertinya. Padahal, jika melihat kondisi generasi muda  jaman sekarang, paparan dari luarnya begitu banyak. Malangnya paparan itu cenderung ‘merusak’. Disinilah damapak terparah hilangnya peran strategis wanita dalam pembentukan dan pemandu peradaban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline