Seharusnya dari dulu memang mesti berfikir akan dibawa kemana Negara ini, itulah kalimat yang sekarang tengah bergeming dalam benak setiap insan yang sejak awal mau berfikir, masyarakat untuk kesekian kalinya dibuat muak oleh pejabat-pejabat yang mengatas namakan kepentingan rakyat dengan dalih "Demi Rakyat" itulah Aungan yang setiap kali di perjualbelikan, dan masyarakat bak seekor nyamuk yang akan terlena dengan tepukan yang bergemuruh padahal tepukan itulah yang akan membuatnya mati tak berdaya, lantas pertanyaannya siapakah yang bertepuk tangan ?
Semestinya juga dari awal kita sudah tau. indonesia memang tidak kekurangan orang yang pintar tapi sayang seribu sayang indonesia miskin lalat-lalat yang jujur, kau tau kenapa aku menyebutnya lalat? karna lalat tak akan memilah dan memilih mana yang pantas dan yang tak pantas untuk dia hisap, begitulah sekarang dengan tradisi pemerintahan yang tak akan pernah kunjung berubah dan hanya penuh dengan bualan belaka, tak dapat dielakkan memang Indonesia adalah negara hukum dan begitu luarbiasanya hukum Indonesia sampai-sampai dengan uang makna hukum itu kerap kali didholimi oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan dalih " Dari rakyat, Oleh rakyat, dan untuk rakyat"hukum yang sejatinya sejak awal adalah senjata untuk perlindungan setiap insan yang dirasa haknya direbut dan dilanggar kerap kali menjadi mainan yang begitu mengasikkan bagi oknum-oknum yang begitu lezat menikmatinya, tega? sungguh tega memang tak akan ada yang berubah dari itu, naif?
Memang naif memang, saya sampai saat ini tidak dapat mengubah itu semua namun saya paham dan memang begitu menyakitkan ketika kita ada dalam situasi ini kepada siapa kita akan mengadu sedangkan tempat kita untuk mengadu Dia lah yang membuat semua permainan ini. Miris? sungguh miris memang tapi inilah fakta dan realita yang terjadi dinegara yang sangat kita cintai tapi maaf aku memang cinta negaraku Indonesia tapi tidak dengan pejabatnya.
ketika perbuatan tak menjadi aksi maka Celotehku dapat menjadi toleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H